Akhirnya dia menerima lamaran Suwandi, tak peduli sudah kena DP nol rupiah dari Sukir. Kepada eks kekasih dia hanya bilang minta maaf, karena dedek (naksir) pasti kalah sama mek (pegang). Padahal aslinya, Sukir ini lebih jauh dari sekedar mek.
Bagaimana perasaan Sukir diputus Srini, nggak taulah. Yang jelas sebulan kemudian Srini-Suwandi menikah secara sederhana.
Maklum musim pandemi Corona. Tamunya harus disiplin jaga jarak. Yang dapat dispensasi hanya pengantinnya doang, dari minimal 1,5 meter menjadi nol sentimeter.
Tapi baru nikah 2 bulan, ternyata Rini sudah suak mual-mual dan ngidam. Dibawa ke Puskesmas, diketahui Srini sudah hamil 5 bulan.
Tentu saja Suwandi kaget, masak tekornya banyak amat. Saking penasarannya, Suwandi lalu menggunakan hak bertanya-nya pada istri.
Jawabannya mengejutkan, memang pernah dapat DP nol rupiah dari Sukir. “Jadi saya ini hanya menjadi “generasi penerus” saja?” kata Suwandi jengkel.
Sukir tahu dicari-cari Suwandi memilih kabur entah ke mana. Tapi menjelang Lebaran kemarin pulang. Suwandi mendengar kepulangan Sukir langsung mengasah golok saktinya.
Maklum golok itu asalnya dari ular peliharaannya. Maksudnya, dijual dulu ularnya baru kemudian dibelikan golok. “Awas kau Sukir, nyawamu tergantung ketajaman golok ini, “ guam Suwandi sambik sek eseeek......mengasah goloknya pakai wungkal.
Malam harinya langsung Suwandi ke rumah Sukir. Karena menjelang sahur, yang melek baru ibunya. Dia hanya bilang mau ketemu Sukir, tanpa menyebutkan masalah sebenarnya.
Tanpa menunggu ijin ibunya, Suwandi langsung ke kamar tidur Sukir. Begitu melihat musuh bebuyutannya sedang tidur langsung dibacok berulangkali. Habis itu keluar lagi sambil pamitan, “Permisi Bu, saya sudah bacok Sukir!”
Tentu saja pengakuan itu bikin geger. Sukir yang mandi darah dilarikan ke RSUD Jember, sementara Suwandi menyerahkan diri ke Polsek Panti.
“Lapor Pak, saya baru saja mbacok orang. Nggak tahu mati atau enggak dia.....” ujarnya santai seperti tanpa beban. Suwandi benar-benar pembacok berdarah dingin. (GTS)