ADVERTISEMENT

Kisah Lebaran Zaman Kuda Gigit Besi, Keliling Kampung Sampai Kaki Lecet

Sabtu, 15 Mei 2021 09:45 WIB

Share
Ilustrasi Sental Sentil Kisah Lebaran Zaman Kuda Gigit Besi, Keliling Kampung Sampai Kaki Lecet.
Ilustrasi Sental Sentil Kisah Lebaran Zaman Kuda Gigit Besi, Keliling Kampung Sampai Kaki Lecet.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

PANAS sudah mulai di atas kepala. Kalau orang bilang, kayaknya tuh mata hari ada sembilan di atas kepala, begitu kata orang ,karena saking teriknya.

Tapi Bang Jali dan sang istri pantang mundur. Karena masih ada saudara beberapa lagi di kampung sebelah yang belum dikunjungi.

Inilah repotnya, karena dalam urutan trah keluarga Bang Jalil itu masuk keluarga paling muda dari keturunan Kong Haji Solihun, jadi ya mau nggak mau harus rela mengunjungi yang lebuh tua.

Bukan itu saja, ketika harus juga membawa tentengan, tape uli, dodol dan geplak . Sebenarnya bukan oleh-olehnya yang berat, tapi itulah jalan keliling  kampung yang boleh dibilang bikin pegel dan bahkan kaki lecet karena pakai sendal baru?

Itu sekadar ilustrasi lebaran ketika zaman kuda masih gigit besi, dan nggak ada penyakit corona kayak serang ini. Yang dia tahu, dulu itu penyakit  pes, toun, ayan, pusing tujuh keliling, encok, masuk angin.

Masa lalu memang nggak bisa kembali. Tapi, boleh dong dikenang. Ini lah kisah lebaran zaman dulu, dimana warga harus bergerak dari rumah ke rumah, kampung ke kampung.

Tapi, sekarang ini ketika lahir alat komunikasi canggih, HP  yang serba bisa. Orang bisa bertemu jarak jauh, ngobrol dan saling tatap muka. Cuma nggak bersentuhan saja.

Inilah yang sebenarnya patut disyukuri, ketika muncul  penyakit yang  berbahaya di mana orang nggak boleh saling bersentuhan, hadir alat canggih tersebut. Ada SMS, WA, FC, Vidieo call, dll. Orang bisa hadir dan bicara walau dalam jarak jauh. Coba mau apa lagi? Nggak afdol?

Ah, itukan perasaan saja. Kalau itu semua dibawa dengan enjoy, ya enjoy kan? “Ya, tapi sekarang ini kita tunggu siapa tau saudara ada yang bisa bawa oleh-oleh. Tapi, kok nggak pada nongol ya?” ujar istri Bang Jalil.

“Kita harus bersyukur. Ibu bisa lihat tuh, berapa banyak orang yang bukan saja nggak bisa ketemu saudara, anak,ibu dan bapak, karena sedang bebaring sakit. Syukur kalau bukan terpapar Corona. Jadi doain saja, nggak kemari nggak apa-apa, yang penting sehat!” kata Bang Jalil.
Tiba-tiba sang istri terisak-isak.” Lho, kok Ibu menangis, ada apa Bu?” Tanya Bang Jalil pada sang istri, hati-hati.

Halaman

ADVERTISEMENT

Editor: Guruh Nara Persada
Contributor: -
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT