Apalagi, satu hal yang dirindukannya yaitu masakan ketupat sayur, opor ayam yang semuanya adalah buatan sang ibu.
"Susah diungkapkan dengan kata-kata terkait rasa rindu ketika bersama keluarga makan ketupat sayur dan kegiatan yang lain. Tapi, saya sadar keselamatan keluarga lebih penting," ungkap pria yang masih berstatus lajang itu.
Menurutnya, pandemi Covid-19 bisa berakibat fatal dengan keselamatan keluarga atau orang-orang yang dicintai.
"Daripada di kemudian hari kita menangis karena keluarga terpapar Covid-19. Bahkan amit-amit bisa meninggal dunia," jelas pria asal Kalimantan itu.
Karena itu, Dede berharap, masyarakat bisa memahami dan mematuhi adanya larangan untuk mudik dari 6-17 Mei demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Keterbatasan Ekonomi
Dede mengaku, menjadi polisi adalah pilihannya. Bukan dari paksaan siapapun, apalagi kedua orang tua. Justru malah sebaliknya.
"Menjadi polisi pilihan saya sendiri dan karena tidak mau menyusahkan orang tua. Saya berasal dari keluarga yang keterbatasan ekonomi," sebutnya.
Sejak lulus pendidikan SMA, Dede sempat berkeinginan untuk bekerja dalam membantu perekonomian keluarga. Namun keinginan itu berubah.
"Saya juga berpikiran ingin melanjutkan pendidikan lagi tapi yang bisa dapat pekerjaan pasti. Akhirnya saya memilih menempuh pendidikan Akpol karena gratis," tuturnya.
Selama empat tahun, Dede menjalani pendidikan Akpol di Semarang, Jawa Tengah. Hingga akhirnya dipindah tugaskan ke Polres Tangsel. (kontributor tangerang/ridsha vimanda nasution)