Kesadaran Tolong Menolong

Senin 10 Mei 2021, 07:00 WIB
Karikatur Bung Harmoko. (kartunis: poskota/arif's)

Karikatur Bung Harmoko. (kartunis: poskota/arif's)

Oleh Harmoko

SIKAP saling tolong menolong perlu dikedepankan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di era sekarang ini. Tentu, tolong menolong dalam hal kebaikan, bukan ketidakbaikan yang merugikan kepentingan umum. Bukan untuk memonopoli, bukan oligopoli, bukan pula oligarki.

Saling tolong menolong sejatinya sudah menjadi budaya bangsa kita sejak dulu kala. Saling membantu, mengasihi dan memberi tercipta karena kebutuhan. Terbangun bukan dipaksakan, tetapi atas dasar kesadaran sebagaimana kodrat manusia sebagai makhluk individu, sekaligus sosial.

Oleh para pendiri negeri ( founding fathers), akar budaya bangsa ini, kemudian dirumuskan dan dilegalkan sebagai falsafah hidup bangsa yang disebut Pancasila sebagaimana pernyataan, Bung Karno:  Aku tidak mengatakan, bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang yang kukerjakan hanyalah menggali jauh ke dalam bumi kami, tradisi-tradisi kami sendiri, dan aku menemukan lima butir mutiara yang indah.

Bung Karno pun mengatakan Pancasila kalau diringkas itu berupa gotong royong. Intinya saling menyayangi, saling mengasihi, dan saling menghormati.

Jika dijabarkan lebih lanjut, tentu di dalamnya terdapat adanya sikap untuk saling berbagi, memberi, membantu, saling mendukung, saling menghargai, saling menasihati demi terwujudnya kebersamaan dan keharmonisan menuju cita-cita negeri yang berkeadilan sosial.

Saling tolong menolong tentu bermakna positif. Membantu orang lain yang sedang kesusahan, membantu orang lain yang sedang kekurangan, berbagi kepada orang lain yang perlu dibagi.

Makna yang dapat kita serap adalah bagaimana kita yang “berada”, memiliki  kemampuan membantu orang lain agar hidupnya lebih sejahtera. Mengangkat harkat dan martabatnya.

Pitutur luhur pun mengajarkan demikian. Bangsa kita sejak dulu kala sudah diajarkan untuk senantiasa hidup welas asih, saling tolong menolong terhadap sesama.

Pada abad ke-14 Masehi, Raden Makdum Ibrahim yang bergelar Sunan Bonang, anggota Wali Songo mengukir 4 pesan monumental yang kemudian sering dijadikan filosofi kehidupan.

Ke -4  Pesan Sunan Bonang, sbb:

1.Berilah tongkat kepada orang yang buta

2. Berilah makan kepada orang yang lapar

Berita Terkait

Bukan Ilmunya, Tapi Amalannya

Senin 31 Mei 2021, 07:00 WIB
undefined

“Ojo Waton Ngomong”

Senin 07 Jun 2021, 07:00 WIB
undefined

Satunya Kata dengan Perbuatan

Senin 14 Jun 2021, 07:00 WIB
undefined

Kopi Pagi: Memihak yang Lemah

Senin 21 Jun 2021, 07:00 WIB
undefined

Kerja Bersama Tanpa Curiga

Senin 28 Jun 2021, 07:00 WIB
undefined

News Update