"Rata-rata keluarga diajak, saya bawa embak satu buat jagain anak saya kan masih tiga tahun. Satu hotel paling lama tiga hari itu, satu hari full untuk buat konten setelahnya baru bisa nikmatin waktu sama keluarga," lanjutnya.
Belum lagi saat ia berada dalam situasi yang sedang tidak baik-baik saja dengan suaminya, mereka harus tetap profesional menjalankan pekerjaan. Gegfia sendiri tetap berusaha menjaga mood agar tetap terlihat ceria di depan kamera.
"Kadang lucunya, orang lihat seru ya romantis terus sama suami. Tapi ada, lho enggak enaknya. Pada saat kami bikin konten bareng, dipaksa di depan kamera kita terus smile dan menjaga mood yang bagus padahal saat itu kami berantem. Ya, berantemnya enggak lama. Bagaimanapun harus profesional karena saya harus mewakili nilai hotel," lanjutnya lagi.
Bila sedang banyak kerjasama, dalam sebulan Gegfia bisa mereview 12 tempat di Bali.
Sebab, banyak Bali merupakan pulau yang dikenal oleh internasional sehingga banyak penginapan yang butuh direview.
"Kalau di Bali itu banyak banget konten kreator bule sampai mendunia. Saya lihat rata-rata klien hotel-hotel itu terimanya bule dan orang enggak berhijab. Ternyata saya pun sebagai kreator hijab juga bisa diterima. Jadi enggak mustahil berhijab juga bisa jadi konten kreator travel," katanya.
Gegfia menambahkan, sebagai konten kreator profesional harus bisa menempatkan diri dan membuat konten yang berkualitas. Sebab ia sadar membawa nama hotel yang direview sehingga membuat konten yang bermutu sehingga klien puas dan pesan sampai ke sasaran.
Pebisnis
Seraya bekerja sebagai konten kreator, perempuan yang lahir pada 7 februari 1992 ini menjalankan bisnis sepatu.
Dibantu suaminya, kini bisnisnya telah memiliki dua cabang di Bali dan Jakarta. Desain sepatu yang ditawarkan juga kekinian dan modern, desain yang diincar oleh anak-anak muda hingga dewasa.
Gegfia yang notabene lahir dari keluarga pembuat sepatu, membuatnya memiliki bekal mengembangkan bisnisnya. Ia menggeluti bisnis sepatu setelah lulus kuliah pada 2015 setelah menikah pada 2016 suaminya membantu di bagian manajemen sementara Gegfia bertugas sebagai PR dan desain.
"Awal bisnis itu kami perna ditipu pengrajin, dibohongi sampai rugi ratusan juga itu pernah. Sampai kerna corona kan terakhir di Bali udah rugi juga. Sejauh ini hambatannya lebih banyak di SDM. Tapi kami enggak putus asa karena udah tahu celahnya akhirnya memutuskan pindah ke Jakarta dan Alhamdulillah di sini kita buka tempat produksi," pungkasnya. (mia)