Anis Matta: Situasi Krisis, Indonesia Membutuhkan Narasi yang Menyatukan, Bukan Memperdalam Pembelahan

Minggu 09 Mei 2021, 04:41 WIB
- Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Anis Matta. (foto: ist)

- Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Anis Matta. (foto: ist)

JAKARTA, POSKOTA - Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Anis Matta mengatakan, sebagai bangsa saat ini diperlukan sebuah narasi bersama yang menyatukan, bukan justru memperdalam pembelahan di masyarakat.

Narasi bersama itu, seperti ketika masyarakat Indonesia bersatu saat memperjuangkan kata 'merdeka' pada masa kemerdekaan dulu.

"Jadi dari pengalaman masa lalu dan melihat konstelasi geopolitik hari ini, yang dibutuhkan adalah satu model blending politik baru yang berbasis pada pendalaman arah baru bagi negara kita," kata Anis Matta dalam diskusi Moya Institute bertajuk 'Prospek Poros Islam dalam Kontestasi 2024' secara daring di Jakarta, Jumat (07/05/2021).

Pendalaman arah baru tersebut, ia sebut sebagai arah baru masa depan Indonesia, sehingga semua masyarakat bisa berkolaborasi dan bersatu mencapai tujuan yang sama.

"Saya ingin sebut arah sejarah baru. Situasinya mirip dengan situasi kita menjelang kemerdekaan, kita perlu satu kata yang menyatukan kita,"  katanya.

Anis Matta menilai politik identitas, termasuk pembentukan Poros Islam pada Pemilu 2024 mendatang, bukan solusi dari masalah yang ada.

Hal itu justru hanya akan memperdalam pembelahan di masyarakat yang sudah terjadi sejak dua Pemilihan Presiden (Pilpres) lalu.

Anis Matta menilai wacana tersebut harus dikaji ulang, karena akan membuat kelompok-kelompok kecil di masyarakat semakin banyak, serta bisa merusak rumah besar bangunan Indonesia yang terdiri dari berbagai ras, suku bangsa dan agama.

"Menurut saya ada soal yang jauh lebih signifikan daripada sekadar ide Poros Islam. Ide ini menurut saya hanya akan memperdalam pembelahan yang sedang terjadi di masyarakat," katanya.

Anis Matta berpendapat, krisis sistemik yang terjadi secara global maupun nasional saat ini, mengakibatkan keterbelahan di masyarakat, karena tidak adanya leadership. 

Para elite politik dari kelompok Islam, tengah maupun kiri tampak seperti dalam kebingungan menghadapi krisis sistemik saat ini.

Berita Terkait

News Update