Maka Jayeng Resmi mencoba mendekati Ny. Lusi secara lebih hati-hati. Awalnya sekedar ngobrolngobrol biasa, bukanlah pamong harus bisa ngemong? Dari obrolan ngalor ngidul ini Pak Kasun makin yakin pada analisan dan prediksinya bahwa Lusi memang benar-benar kesepian.
Aset memang atas nama Handoko, tapi sekian lama tak pernah diservis sebagaimana mustinya. Lain hari Jayeng Resmi mulai nakal, tapi Lusi tak ada penolakan. Ya jadi makin berani.
Akhirnya benar-benar si Lusi “diemong” dan digendong-gendong. Secara periodik Pak Kasun mendatangi kamar bini Handoko ini, dan Ny. Lusi jadi ketagihan karena Pak Kasun memang perkasa sekali dalam urusan ranjang, sebagaimana namanya.
Serapat-rapat membungkus bangkai, lama-lama tetangga mencium juga, sehingga kemudian ada yang memberitahukan pada Handoko di Kaltim. Wah, tentu saja dia sangat marah.
Mau telpon langsung, pastilah istri tak mau mengaku. Maka dia diam-diam pulang ke Tuban. Jika dibikin film, pastilah judulnya, “From Kalimantan with angry” bintangnya bukan Sean Connery atau Saan Mustopa eks politisi Demokrat, tapi ya Handoko sendiri.
Dia sengaja masuk desanya tengah malam. Dan ternyata benar, di luar ada sepeda motor sementara lampu ruang tamu dimatikan. Begitu diintip kamarnya, buju buneng......, Lusi istrinya tengah digumuli Pak Kasun.
Langsung saja Handoko menghubungi para tetangga untuk bantu menggerebeknya. Begitu pintu depan digedorgedor, acara begituan di kamar terhentikan. Kasun Jayeng Resmi mencoba kabur lewat pintu belakang, tapi sudah dicegati warga.
Maka dengan mudah bisa ditangkap. Awalnya mau diselesaikan bersama Kades saja, tapi Pak Kades tak ditempat sehingga lalu diserahkan ke Polsek Montong. Jika dikenakan pasal perzinaan, Jayeng Resmi bisa kena 9 bulan penjara. Jabatan pun juga copot, karena Kasun kok hobinya ngesun. (GTS)