JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Fenomena belanja besar-besaran menjelang Lebaran Idul Fitri bukan hal yang baru terutama bagi masyarakat Indonesia.
Seolah menjadi tradisi, setiap menjelang Lebaran masyarakat kerap membeli barang serba baru.
Tak terkecuali saat pandemi seperti sekarang ini ketika keadaan ekonomi nasional sedang anjlok.
Tengok saja masyarakat rela berdesakan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat demi belanja untuk keperluan Lebaran hingga lupa faktor kesehatannya sendiri.
Kejadian itu pun viral di media sosial dan menuai pro-kontra.
Lantas perilaku belanja besar-besaran menjelang Lebaran itu menimbulkan perilaku konsumtif atau pemborosan.
Tatkala membeli bukan karena kebutuhan namun karena keinginan semata guna mencapai tujuan individu tersebut.
Menurut Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan fenomena itu sebagai impulsive buying (pembelian impulsif).
“Jadi ini tuh fenomena yang disebut impulsive buying, ada perilaku belanja yang sebenarnya enggak butuh-butuh amat tapi ikut-ikutan tren gitu, ikut-ikutan keramaian, itu tadi salah satu tanda jelang Lebaran. Jadi enggak ada mudik Lebaran, tapi kepingin terlihat pamer misalkan (pamer) baju baru dengan tetangga sebelahnya, dengan teman rekan kerjanya atau juga lewat media sosial,” katanya saat dihubungi Poskota, Selasa (3/5/2021).
Lanjutnya, faktor yang menyebabkan terjadinya fenomena tersebut meski di tengah pandemi seperti saat ini, kata Bhima yaitu karena masyarakat selama setahun lebih menahan hasrat berbelanja.
Kemudian karena adanya program vaksinasi dan pemerintah juga mengimbau masyarakatnya belanja guna mendongkrak perekonomian yang lesu serta didukung pula oleh cairnya tunjangan hari raya (THR) kian membuat masyrakat jemawa untuk berbelanja.