APLIKASI media sosial (medsos) kembali menjadi sarana buat penjahat untuk melakukan aksinya. Khususnya kejahatan yang berkaitan dengan praktik prostitusi.
Kasus kekerasan terhadap wanita pekerja seks komersil (PSK) berbasis online yang berakhir tragis terakhir kali menimpa seorang gadis muda di Tangerang Selatan (Tangsel) pada Rabu (14/4) lalu.
Korban kritis akibat luka 14 tikaman di tubuhnya. Sementara pelaku yang seorang oknum petugas keamanan perumahan berhasil diciduk polisi selang beberapa hari kemudian.
Peristiwa berdarah itu terjadi di salah satu kamar Apartemen Green Lake View, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel) yang dihuni korban, D, 27 . Dari pengakuan tersangka, Djody Cahyadi, aksi brutal itu dilakukan lantaran kesal dengan korban yang meminta uang kekurangannya atas jasa kencannya.
“Pelaku hanya membayar Rp150 ribu, sementara harga kesepakatan awal sebesar Rp300 ribu,” kata Kapolres Tangsel AKBP Iman Imanudin, dalam keterangannya kepada wartawan. Dalam pemeriksaan , tersangka berdalih kenal dan melakukan transaksi dengan korban melalui salah satu aplikasi medsos.
Aplikasi serupa juga menjadi sarana maksiat belasan wanita di bawah umur saat melayani sekumpulan pria hidung belang di sebuah penginapan di Jalan Tebet Barat Dalam X, No.22, Tebet, Jakarta Selatan, pada Rabu (21/4).
Dari penggerebekan yang dilakukan petugas Polda Metro Jaya , sebanyak 15 gadis di bawah umur diamankan. Sementara 7 orang yang berperan sebagai mucikari dan ‘joki’ ditetapkan sebagai tersangka. Kepada pelangan, gadis gadis bau kencur itu ‘dijjual’ dengan tarif Rp400 ribu melalui aplikasi tersebut.
Kedua kasus itu ibarat ‘puncak gunung es’ di lautan. Masih banyak kasus serupa yang terjadi dengan latar medsos menjadi awal dari berlangsungnya praktik maksiat yang kerap kali mengundang penjahat dan kejahatan.
Sejatinya medsos adalah bagian dari kemajuan teknologi yang memudahkan orang dalam hal memberikan atau menyampaikan informasi termasuk membuat gaya komunikasi masa kini lebih mudah tak kenal jarak.
Namun belakangan tak sedikit sejumlah aplikasi di medsos banyak menampilkan konten konten tak mendidik bahkan cenderung mengarah kepada hal yang vulgar. Di salah satu aplikasi bahkan sudah ‘dicap’ sebagai aplikasi mesum , menawarkan dirinya bisa untuk Open Booking Out (BO) dengan tarif bersaing.
Kerap kali tawaran jasa kencan itu dibumbui dengan postingan foto dan video dengan tampilan vulgar, demi menarik calon pelanggan, pria hidung belang.