ADVERTISEMENT

Direken Seperti Kucing Kurap Mayat Istri Dibuang ke Kebon 

Selasa, 27 April 2021 07:30 WIB

Share
Ilustrsi Nah Ini Dia Direken Seperti Kucing Kurap Mayat Istri Dibuang ke Kebon. (ucha)
Ilustrsi Nah Ini Dia Direken Seperti Kucing Kurap Mayat Istri Dibuang ke Kebon. (ucha)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

KELAKUAN Kastono, 25, benar-benar biadab kuadrat. Tak dianggap oleh istri gara-gara gaji lebih kecil, dia jadi tersinggung berat. Tak peduli sedang hamil, istri bernama Inayatun, 26, itu dicekik sampai tewas. Sebagai balasannya, mayat istri direken seperti kucing kurap, dibuang berrr.....di kebon kosong.

Menghormati suami adalah kewajiban istri. Tak boleh, hanya karena penghasilan lebih besar, seorang istri lalu tak menganggap suaminya. Segala kebijakan rumahtangga ditentukan sendiri, meski itu domain suami. Sudah barang tentu suami bisa tersinggung.

Jika ketersinggungan itu sudah menjadi gunung es, pada saatnya nanti akan ambrol, dan rumahtanggapun berantakan. Mending jika hanya berakibat cerai, jika yang pisah dari badan berupa nyawa, bagaimana?

Inayatun warga Gayungan, Surabaya, rupanya wanita yang selalu bangga akan gaji yang diterima setiap bulan. Gaji suami yang hanya separo dari gajinya, sering diledak dan dihinakan.

“Gaji sebulan hanya Rp 4 juta, kalau di kantorku itu level pesuruh,” kata Inayatun. Itu kan sama saja mengatakan suami hanya kelas pesuruh. Padahal di moment-moment tertentu, sang “pesuruh” itu juga dimanfaatkan sebagai obat ketika hasratnya bergemuruh.

Awalnya Kastono mencoba bersabar atas penghinaan istri itu. Tapi lama-lama ngelunjak si Inayatun ini. Dia suka pergi tanpa pamit suami, suka memberikan ini itu pada keluarga sendiri tanpa pamit Kastono juga.

“Mau saya habiskan gajiku untuk bantu keluarga, apa urusanmu? Itu kan jerih payah saya sendiri, nggak minta kamu,” kata Inayatun ketus.

Padahal maksud Kastono, kita harus berhemat. Uang itu dikumpulkan untuk ambil rumah BTN, jangan ngontrak terus seperti sekarang ini. Ee, Inayatun malah seperti pengacara, mendebat suami dengan argumentasi bahwa suami yang berkewajiban mencari nafkah, maka ya gaji suamilah yang dipakai untuk mencicil rumah.

Soal lain, Inayatun suka ngelayap pergi, sementara anak pertama mereka justru diemong bapaknya. Jadi Kastono mirip Jaka Tarub, disuruh momong, sedangkan Inayatun pergi ke mana saja tanpa juntrung.

Mestinya pulang kantor jam 16.00, dia baru tiba di rumah sudah pukul 20.00. Habis makan dan menyapa anak sebentar lalu pukul 21.00 sudah berangkat tidur dan tengkurep lagi!

Halaman

ADVERTISEMENT

Editor: Guruh Nara Persada
Contributor: -
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT