MIYANTO, 23, warga Banguntapan (Bantul-DIY) ini agaknya nafsunya lumayan besar. Tergiur pada istri majikan yang cantik, dia tega membunuh juragannya, Dalijo, 38.
Tragisnya, istri korban, Ny. Sunthi, 30, justru mengotakinya. Setelah tidur pules habis “dilayani” istri, Miyanto mencekik majikannya hingga wasalam.
Kata pujangga, cinta itu buta meski tahu juga tebalnya uang ratusan merah. Karena cinta, istri majikan sendiri pun ditelateni juga. Celakanya, istri majikan mengimbangi niat jahat karyawan suaminya.
Koalisi dalam kejahatan itu berjalan sukses. Suami masuk liang kubur, dan istri bersama PIL-nya masuk penjara.
Kisahnya dimulai dari usaha Dalijo sebagai pengrajin wajan penggorengan. Lantaran usahannya makin maju, dia merekrut Miyanto anak muda tetangga desa, yang sama-sama tinggal di Banguntapan.
Dia ternyata pekerja yang rajin, daya pukulnya cukup kuat, maksudnya memukul plat besi untuk bahan wajan. Pekerjaannya rapi pula, sehingga dia disayangi oleh keluarga majikan.
Celakanya, Miyanto ini anak muda tak tahu membalas budi. Tinggal di Banguntapan, rupanya mudah bangun pula gairah kelelakiannya. Asal melihat kecantikan istri Dalijo majikannya, ukuran celananya mendadak berubah, dari M langsung ke XL.
Lalu otaknya membayangkan yang mboten-mboten, bagaimana asyiknya kencan bersama istri majikan. Otaknya benar-benar ngeres macam pasir kwarsa dari pantai Samas.
Lupa akan statusnya, Miyanto mencoba mendekati Sunthi istri majikan tersebut. Eh, dasar sedang milik, gayung pun bersambut. Rupanya istri Dalijo ini juga memahami akan aspirasi urusan bawah Miyanto.
Dalam prediksi Sunthi, lebih muda pasti lebih perkasa, jauh lebih rosa-rosa ketimbang Mbah Marijan. Maklum, suami karena capek bekerja, IP-nya dalam urusan ranjang hampir mendekati C.
Ketika situasi sangat kondusif, koalisi istri majikan dengan bawahan itu dilanjutkan dengan eksekusi. Hasilnya wow....., Miyanto memang pria sejati meski tak pernah mengisap rotok kretek. Ibarat kata Sunthi selalu njuk eneh dan njuk eneh (minta lagi) melulu. Tapi sayang, situasinya tak selalu mengijinkan.