KESELAMATAN masyarakat adalah yang utama. Negara, dalam keadaan apa pun wajib hadir untuk menyelamatkan warganya, rakyatnya dari segala macam ancaman dan gangguan.
Begitu pun keselamatan bersama agar bangsa kita terhindar dari penularan Covid-19. Jika terdapat ancaman, maka ancaman itu yang harus ditiadakan. Kalau ancaman tak bisa ditiadakan, seperti halnya virus corona, maka masyarakat yang harus dilindungi agar tidak terkena virus.
Menjadi pelik ketika upaya perlindungan yang harus dilakukan berbenturan dengan hajat masyarakat itu sendiri. Mudik lebaran misalnya.
Bagi masyarakat Indonesia mudik lebaran bukan lagi sebatas ritual tahunan terkait dengan keagamaan. Tetapi sudah menyentuh tradisi, adab, etika dan budaya.
Kokohnya bangunan silaturahmi dan komunikasi lewat acara sungkeman, saling maaf memaafkan secara langsung inilah yang membuat acara mudik tidak bisa digantikan, sehebat apa pun canggihnya alat komunikasi.
Mudik sudah merupakan kebutuhan, bahkan bagi sementara orang, menjadi sangat penting, lebih penting dari aktivitas lainnya.
Apa pun dilakukan agar bisa mudik lebaran dengan membawa sesuatu yang bisa dibagikan di kampung halaman. Mudik adalah kerinduan. Rindu orangtua, sanak saudara, rindu kampung halamannya.
Itulah fakta prosesi mudik yang sulit terbantahkan. Sesulit juga menutupi fakta masih merebaknya virus corona di sekitar kita. Virus corona masih mengancam keselamatan kita semua, dapat menulari siapa saja, di mana saja dan kapan saja.
Potensi penularan bisa terjadi melalui aktivitas mudik sebagaimana pada lebaran tahu lalu. Ini ditengarai dari meningkatnya kasus Covid pasca libur panjang lebaran.
Sudah terbukti meningkatnya mobilitas penduduk dalam waktu bersamaan dengan rentang waktu yang cukup panjang, berbanding lurus dengan meningkatnya kasus positif Covid.
Semakin tinggi mobilitas disertai dengan banyaknya kerumunan, akan semakin tinggi pula persentase kenaikan kasus.
Mencegah kenaikan kasus terulang, Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Letjen TNI Dr (H.C) Doni Monardo mengajak masyarakat meniadakan mudik lebaran. Tahan kerinduan pulang kampung untuk sementara waktu, ketimbang melepas rindu tetapi risiko terjadi sesuatu. Bukankah mencegah lebih baik, dari pada menyesal kemudian? (jokles)