Sebagai Bukti Adanya Toleransi Tinggi, Makam Mbah Priuk Kerap Dikunjungi Peziarah Non Muslim

Selasa 20 Apr 2021, 16:45 WIB
Makam Keramat Mbah Priuk yang terletak di Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara. (foto: Yono/poskota.co.id)

Makam Keramat Mbah Priuk yang terletak di Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara. (foto: Yono/poskota.co.id)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Salah satu bukti toleransi tinggi di Indonesia tercermin di Makam Mbah Priuk yang terletak di Koja, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Bagaimana tidak, sebuah pusara Habib Hasan Al Haddad, tokoh Islam di Jakarta, kerap dikunjungi peziarah non muslim, atau pemeluk agama lain.

Ketua Bidang Keagamaan Yayasan Makam Mbah Priuk, Mustafa Kamal menuturkan, pihaknya tidak melihat latar belakang agama dalam menerima peziarah.

"Itu di sini yang ziarah, itu tidak kita lihat agamanya, jadi yang ziarah di sini bukan sebatas muslim. Non muslim bisa ziarah di sini. Intinya selama dia bener itu jatuhnya tamu, dan tamu wajib kita hargain," kata Mustafa di lokasi, Selasa (20/4/2021).

Saat berziarah, pihak Yayasan Makam Mbah Priuk juga membebaskan pemeluk agam selain muslim untuk berdoa menurut keyakinannya.

Untuk pakaian yang dikenakan peziarah salain Islam, juga tidak dibebani menggunakan busana muslim, seperti memakai kerudung ataupun gamis. "Kalau untuk masalah pakaian kita bebas, intinya satu, sopan," tegasnya.

Mustafa mencontohkan, salah satu bentuk toleransi yang dapat dilihat dari Makam Mbah Priuk yaitu, pihak Yayasan pernah menggelar acara Malam 1000 Cahaya Shalawat dan Doa Lintas Agama Untuk Indonesia Bangkit yang diadakan di Kompleks Makam Mbah Priok, Koja, Jakarta Utara pada 20 Mei 2017 lalu.

"Dulu pernah di sini bikin acara besar lintas agama, dengan 1000 lilin, itu salah satu contoh bentuk toleransi. Kita berdoa bersama dari 5 agama yang berbeda," cetusnya.

Sementara itu, di bulan Ramadhan 1442 Hijriah tahun ini, Makam Mbah Priuk tampak sepi peziarah.

Dari pantauan Poskota, setidaknya ada 5 orang yang tengah berdoa di depan pusara Makam Mbah Priuk.

Mustafa menyebut, sepinya peziarah di bulan suci Ramadhan mejadi hal yang lumrah terjadi.

"Untuk bulan ramadan ini sepi, sepi dalam artian bukannya nggak ada, tapi bisa keitung, beda seperti bulan Saban, Maulid Nabi sama bulan Syawal, bulan-bulan itu pasti ramai dikunjungi peziarah," jelasnya.

Sedangkan untuk kegiatan ibadah di bulan Ramadhan saat ini dibatasi karena adanya pandemi Covid-19.

Acara yang berpotensi mengumpulkan banyak jamaah seperti kegiatan tabligh Akbar atau sekedar tausiyah dari tokoh agama terkemuka, sementara ditiadakan agar mengurangi risiko penyebaran virus Corona.

Meski begitu, pihak yayasan tetap menggelar buka puasa bersama dan salat tarawih berjamaah dengan protokol kesehatan yang ketat. (Yono)

Berita Terkait

News Update