Geng Motor Menjamur

Sabtu 17 Apr 2021, 06:00 WIB
Penyerangan oleh geng motor. (foto: ilustrasi)

Penyerangan oleh geng motor. (foto: ilustrasi)

BAK jamur di musim hujan. Geng motor dalam setahun terakhir kembali muncul di Jabodetabek maupun di beberapa daerah lain. Ulahnya bikin resah pengguna jalan.

Mereka konvoi menyisiri jalanan di malam hingga lepas dini hari sambil mencari sasaran, yakni pengendara motor.

Begitu ketemu, mereka melumpuhkan pengendara lalu menggasak sepeda motornya. Melukai korban, kadang hingga tewas, jadi akhir aksi. Mereka muncul tanpa simbol atau bendera tertentu.

Baca Juga:

\Kehadiran mereka sebenarnya bisa dibilang mencoreng sejatinya nama beken geng motor. Betapa tidak, geng motor yang muncul belakangan ini hanyalah sekelompok remaja usia sekolah berbekal sepeda motor dengan knalpot bersuara bising, boncengan dua atau tiga orang (kadang bersama cewek ABG), menenteng senjata tajam, tak ketinggalan handphone sebagai modal merekam aksi brutal di jalanan demi sebuah konten di medsos.

Mereka konvoi tak tentu arah. Yang penting tampak sangar sambil mengacungkan senjata tajam jenis celurit atau samurai. 

Kini sasarannya bisa siapa saja. Sampai-sampai pemuda nongkrong pinggir jalan saja jadi sasaran. Ini terjadi di sebuah warung kopi di Jalan Kelapa Ijo, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (15/4) dini hari, di mana geng motor menyerang remaja yang sedang nongkrong di warung kopi. Beruntung, remaja itu selamat meski luka-luka.

Sejatinya geng motor sendiri tidak bermakna negatif karena kegiatannya biasanya hanya berkumpul sambil bincang-bincang atau touring ke beberapa tempat karena ikatan emosional yang sama.

Di Indonesia, geng motor pertama tercatat bernama Motorfiets Rijders Te Batavia pada tahun 1951. Geng motor itu merupakan sekumpulan kaum elit di masa itu.

Namun, dalam perkembangannya, geng motor mengalami pergeseran makna dan tujuan. Label negatif tersemat dan sulit dilepas. Geng motor dicap biang onar, akrab dengan narkoba, kriminal, sampai prostitusi. Bahkan, mereka bangga memamerkan simbol kelompoknya.

Kemunculan geng motor remaja tanggung atau usia sekolah tanpa simbol ini jadi mesti jadi focus pihak kepolisian karena sudah sangat membahayakan masyarakat. Beberapa pelaku dibekuk polisi pun tak juga meredakan kemunculannya. Sebaliknya semakin bertumbuhan bak jamur di musim hujan seperti saat ini.

Polisi jangan hanya lantang dengan jargon-jargon tindakan terhadap geng motor, tetapi perlu pencegahan konkrit. Tak salah juga jika diawali dengan menghimbau warga melalui RT dan RW untuk menghimbau para orangtua agar anak-anak remaja mereka tak keluyuran di malam hari lagi.(*)

Berita Terkait

Jangan Beri Sedekah di Jalanan

Kamis 22 Apr 2021, 06:00 WIB
undefined

Redam Gejolak Harga Jelang Lebaran

Senin 26 Apr 2021, 06:00 WIB
undefined

News Update