PEMIMPIN tak hanya memberi perintah dan mengatur bawahan, serta membuat kebijakan, tetapi yang lebih utama adalah memberi keteladanan. Utamanya keteladanan dalam menyelesaikan masalah, bukan malah menambah masalah.
Jika terdapat problema, turun langsung ke bawah. Ikut bersama warga menyelesaikannya, bukan duduk di singgasana.
Begitu pun di era pandemi. Mencegah penularan virus corona, tak cukup sebatas kata indah, tanpa upaya nyata yang teraplikasi melalui perilaku perbuatan. Di sinilah keteladanan dibutuhkan dari pemimpin di level mana pun.
Memasuki bulan suci Ramadan ini, masyarakat boleh salah tarawih berjamaah di masjid, tetapi dengan tetap menjaga protokol kesehatan ( prokes), di antaranya membatasi jumlah jamaah maksimal 50 persen dari kapasitas yang ada.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan juga memberi kelonggaran dengan menambah jam operasional kafe dan restoran. Kelonggaran ini sebagai bentuk apresiasi, mengingat aktivitas warga Jakarta akan bertambah di malam hari seiring dengan bulan Ramadan.
Meski begitu, kelonggaran ini bukannnya tanpa syarat. Membatasi jumlah pengunjung maksimal 50 persen dari kapasitas tempat, tetap diberlakukan. Selain tentunya disiplin prokes. Mengatur jumlah pengunjung di saat jam padat seperti saat buka puasa, menjadi keharusan agar tidak terjadi kerumunan dan antrean panjang. Sanksi tegas disiapkan bagi para pelanggar.
Tak ada larangan untuk salat tarawih di masjid, buka puasa di restoran mewah sepanjang dapat dan mampu melakukannya. Tetapi satu hal yang patut diingat, jangan sampai aktivitas bersama ini menyalahi ketentuan sehingga menimbulkan masalah di kemudian hari. Meningkatnya kasus positif Covid-19.
Menghindari kerumunan adalah satu upaya mencegah penularan. Begitu juga membatasi mobilitas dan interaksi di tengah kerumunan.
Kita meyakini, semua sudah memahami soal disiplin prokes, begitu pun risiko yang bakal dihadapi jika melanggarnya. Yang lebih tahu, aktivitas seperti apa yang berisiko terjadinya penularan dan bagaimana mencegah penularan adalah diri kita sendiri.
Berbuka puasa bersama keluarga di rumah, dilanjutkan salat tarawih di rumah bersama keluarga adalah sebuah pilihan seperti halnya yang diisyaratkan Gubernur Anies bahwa beribadah di rumah akan menjadi prioritasnya selama bulan suci Ramadan.
Kami menangkap, langkah ini diambil untuk mencegah terjadinya kerumunan, jika ia salat berjamaah di masjid. Apalagi kehadirannya diketahui banyak orang. Ini langkah positif, keteladanan mencegah risiko penularan. Kecuali kehadirannya memang sedang menjalankan tugas sehingga disiplin prokes sudah dpersiapkan matang.