KEMILAU Kemilau intan dan emas permata membuat banyak orang lupa daratan, termasuk seorang lelaki yang merasa disakiti sang kekasih. Hatinya menjadi keras bagai batu, tak ada sedikitpun kebaikan. Cinta yang semula menyelimuti hatinya berubah jadi dendam.
Apalagi ketika sang kekasih merasa menyakiti dirinya; aku mau calon suami yang kaya, bukan seperti kau miskin!”
Dan jadilah dendam di hati sang lelaki, lalu mengembara bersama kawannya untuk menacari intan di Kalimantan. Intan sudah didapat tapi sang lelaki ini nggak mau pulang, ingin terus menggali dan menggali terus sampai dapat banyak intan. Sampai sang kekasihnya datang menemuinya pun ia nggak bergeming. Malah dia tersenyum sinis ketika sang kekasih terjebur dalam lobang galian.
Begitulah sang penggali intan kara Kirjomulyo menggambarkan betapa dendam dan cinta sekaligus keserakahan bercampur jadi satu. Begitu sipat manusia, kalau nyawa belum lepas dari raganya masih saja tergoda.
Itu kisah drama tragis, jadi jangan sampai dalam kenyataan ada yang kayak begitu hanyaa karena dendam. Ya, dendam pada siapa saja, pada keadaan ketika diserang oleh corona?
Ini juga terjadi ketika heboh emas muncul di pantai Maluku Tengah? Masyarakat pun ramai-ramai mengais logam mulya tesebut dengan suka cita, karena hasilnya bisa lumayan buat kebutuhan sehari-hari.
Begitulah Tuhan, yang selalu memberi nafkah pada siapa saja dan dalam kondisi apa saja. Tapi, ingat jangan juga menjadi serakah dan tak terkendali hingga pantai menjadi rusak bila digali terus menerus. Siapa bertanggung jawab? Tentunya pemerintah yang bisa mengatur.
Maklum manusia, seperti cerita di atas, kan bisa saja dendam, serakah, dan nggak pernah puas!. (massoes)