PANDEMI Covid-19 membuat pegiat UMKM terseok-seok. Mereka harus memutar otak mencari solusi dan inovasi agar usahanya tetap bertahan ditengah hantaman wabah virus corona.
Hal tersebut juga dialami oleh Tommy, pemilik usaha kuliner Raja Molen Lebak Bulus. Menurutnya, sejak pandemi Covid-19 omsetnya terjun lebih dari 50 persen.
Tapi berkat inovasi yang dilakukannya, usaha Kue Molennya bisa bertahan dan tetap eksis hingga saat ini.
“Mayoritas semua usaha terkena dampak dari pandemi ini, kalau di kami hampir 50 persen. Tapi terus melakukan inovasi dari sisi produk dan strategi promosi agar tetap bertahan,” ujar Tommy, kemarin.
Menurut Tommy, inovasi yang dilakukan dengan menambah varian rasa yang ditawarkan agar dapat menarik pelanggan.
Di antaranya original, cokelat, keju, strawberry, blueberry, kacang, nanas, kismis, srikaya, kopi dan tiramisu.
Harganya, bisa dibilang sangat murah. Rata-rata, satu kue molen dibanderol dengan harga Rp1.500. “Pelanggannya, sejauh ini pegawai kantor, kisaran umur 25-40 tahun,” jelasnya.
Tommy mengaku alasan membuka usaha jajanan lawas, selain belum banyaknya kompetitor juga bisa diolah dengan bermacam varian.
Kios Raja Molen milik Tommy yang terletak di Jalan Lebak Bulus 1 Nomor 59, Cilandak, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, ini sudah digelutinya sejak tahun 2017.
“Kami ingin usaha di bidang kuliner yang tidak kekinian. Ingin produk yang memang sudah ada dari dulu, dan bisa dibilang belum banyak kompetitor, jadi dipilihlah Pisang Molen,” kata Tommy. (yono/ta)