JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memperoleh berkah besar akibat runtuhnya usaha besar di masa pandemi Covid 19 setahun terakhir.
Namun demikian, kontribusi produk UMKM hanya sekitar 14% dari total nilai ekspor Indonesia.
“Upaya globalisasi harus makin digencarkan terhadap 64 juta UMKM di Indonesia, karena angka tersebut mencapai 99% dari keseluruhan usaha yang beroperasi di Indonesia,” kata Dr. Irma Indrayani, S.I.P., M.Si, Ketua Program Studi Hubungan Internasional Universitas Nasional, Jakarta, dalam diskusi di sebuah hotel di Jakarta, Jumat (09/04/2021) siang.
Meskipun banyak juga yang rontok, menurut Irma, UMKM terbukti lebih mampu bertahan menghandapi hantaman pandemi Covid 19 setahun terakhir.
Bahkan kini banyak bermunculan UMKM-UMKM baru yang merupakan peralihan model bisnis dari usaha besar ke UMKM, juga beralihnya gelombang orang-orang terkena PHK yang beralih profesi menjadi pebisnis UMKM.
“Saat ini total ada sekitar 12.234 UMKM eksportir atau sekitar 83% dari jumlah eksportir,” terang Irma.
Namun, lanjut Irma, UMKM menghadapi sejumlah tantangan dalam upaya mereka menembus pasar global, di antaranya perubahan bisnis dari konvensional menjadi digitalisasi, pengendalian inflasi yang berpengaruh terhadap harga produk UMKM dan daya beli masyarakat, kemampuan menembus akses pasar terutama untuk masuk ke platform digital.
Diskusi bertemakan “Strategi Produk UMKM Dalam Menembus Pasar Global di Masa Pandemi” ini menghadirkan narasumber Dr. Irma Indrayani, S.I.P., M.Si (Unas Jakarta), Dr. Soleh Rusyadi Maryam (Sucofindo), dan Ir. Agus Muharram, M.Sc (Pengamat Kebijakan).
Kemitraan
Pengamat Kebijakan Ir. Agus Muharram, M.Sc. mengakui, meskipun jumlah UMKM sangat besar namun kontribusinya terhadap ekspor sangat rendah hanya 14%.
Ia membandingkan dengan Singapura yang mencapai 41%, Malaysia 18%, Thailand 29%, atau Jepang yang mencapai 25%.