SERANG, POSKOTA.CO.ID - Pembelajaran dalam jaringan (daring) yang sudah dilakukan selama satu tahun terakhir masih menemukan berbagai persoalan.
Terlebih bagi mereka yang mengajar di pedalaman dan pegunungan. Kendala susah sinyal masih menjadi faktor utama yang menghambat proses pembelajaran daring.
Sebagai alternatifnya, mereka menggunakan metode pembelajaran di Luar Jaringan (Luring).
Dengan segala keterbatasannya, pembelajaran Luring juga hanya bisa dilakukan dengan pemberian tugas, untuk kemudian di hari yang sama atau keesokan harinya dikumpulkan.
Ida Farida contohnya. Seorang pengajar yang juga Kepala Sekolah (Kepsek) di SDN Tanjung Ilir, Kecamatan Taktakan yang lokasinya berada di pedalaman atas gunung.
Ia pun mengaku metode pembelajaran yang sering dilakukan adalah Luring serta mengumpulkan siswa dalam skala terbatas.
Kedua metode itu ia lakukan, karena untuk menerapkan pembelajaran daring infrastruktur di sekolahnya tidak memungkinkan.
"Kalau daring itu kami terkendala sinyal, susah banget di sini. Bahkan kadang ada, kadang tidak. Kalau mau dapet sinyal harus naik pohon dulu. Makanya kalau pembelajaran daring sering terputus, tidak kondusif," ceritanya, Rabu (7/4/2021).
Selain itu, lanjut Ida, sebagian besar siswanya tidak memiliki gadget sebagai media pembelajaran. Dari total siswa yang ada di sini 109 hanya 8 siswa yang mempunyai gadget.
"Selebihnya tidak punya. Kalaupun ada punya orangtuanya atau saudaranya, yang ketika pembelajaran daring atau luring berlangsung, hp itu dibawa kerja ama yang punya," jelasnya.
Hal yang sama juga dialami Kepsek SDN Sayar, Nina Rostiana. Letak sekolahnya yang berada tepat di atas gunung, persoalan jaringan sinyal menjadi kendala utama dalam melaksanakan pembelajaran daring.