Bersahabat dengan Alam

Selasa 06 Apr 2021, 10:24 WIB
Ilustrasi bersahabat dengan alam. (foto: ist/freepik)

Ilustrasi bersahabat dengan alam. (foto: ist/freepik)

SEJAK memasuki tahun 2021, bencana beruntun menimpa negeri kita. Terakhir, Minggu (04/04/2021), banjir bandang menerjang NTT yang tak hanya menimbulkan kerugian harta benda, juga puluhan orang meninggal dunia.

Banjir pada sejumlah kabupaten di  NTT ini menambah panjang daftar bencana. Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) mencatat sepanjang 1 Januari hingga 9 Maret 2021, terjadi 763 bencana.

Terdata 53.847 rumah dan 1.700 fasilitas umum rusak. Korban meninggal dunia 272 orang, 12 orang hilang, luka-luka sebanyak 12.412 orang. Korban mengungsi mencapai 3.814.586 orang.

Sering dikatakan apa yang terjadi di muka bumi ini adalah kehendak- Nya.Tetapi tidak lantas kita diam saja, tidak berusaha mencegah hal buruk terjadi. Tidak juga mencari penyebab mengapa semua ini bisa terjadi. 

Itulah perlunya “mari kita renungkan” seperti judul lagu yang dipopulerkan Ebiet G.Ade dengan cuplikan liriknya:

“Anak menjerit-jerit, asap panas membakar
Lahar dan badai menyapu bersih.

Ini bukan hukuman, hanya satu isyarat
Bahwa kita mesti banyak berbenah”

Yah! Kita mesti banyak berbenah dalam arti menata diri, meningkatkan mitigasi bencana, menata lingkungan sekitar serta berusaha bersahabat dengan alam agar bencana tak terulang lagi.

Dari sejumlah bencana yang terjadi seperti tanah longsor dan banjir bandang, diawali dari adanya kerusakan lingkungan, di antaranya karena alih fungsi lahan, pertambangan, dan pembalakan liar. Kita sebut pemanfaatan lahan yang tidak tepat sasaran, lebih-lebih mengabaikan pelestarian lingkungan.

Jika dikatakan, banjir bandang dan longsor akibat curah hujan tinggi, itu sulit terbantahkan. Tetapi jika lingkungan memiliki daya serap air sangat tinggi, longsor bisa terhalangi, setidaknya risiko semakin berkurang.

Baca Juga:

Secara geografis, negeri kita memang rawan bencana alam. Selain terletak di daerah tropis, juga menjadi daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yakni lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Belum lagi memiliki 500 gunung berapi, 127 di antaranya masih aktif.

Dengan kondisi tersebut, dalam menyikapi bencana, jangan lantas menyalahkan kondisi alam. Tetapi hendaknya menyatu dengan alam, bukan melawan alam dengan merusak lingkungan, melakukan penebangan liar, membangun infrastruktur tanpa mengabaikan amdal, mengeksploitasi alam demi kepentingan bisnis dan kekuasaan semata tanpa melihat akibatnya bagi keturunan anak cucu kita.

Mari bersahabat dengan alam sebagai upaya preventif mencegah risiko bencana.
Bersahabat berarti merawat, bukan merusak. Melestarikan, bukan membinasakan. Menumbuhkan, bukan menumbangkan. (*)

Berita Terkait

Piala Menpora 2021Batu Ujian Kompetisi

Jumat 09 Apr 2021, 06:00 WIB
undefined

News Update