SERANG - Jika pada zaman Nabi Muhammad ketika menerima wahyu sellau mencatatnya di dalam lembaran daun, untuk mempermudah penghafalan, maka lain lagi yang dilakukan pada zaman kesultanan Banten.
Pada zaman kesultanan di Banten, Al-Qur'an tidak lagi ditulis dalam lembaran daun, tetapi dari lembaran kayu yang kemudian dijadikan satu mushaf utuh Al-Qur'an.
Karena di Banten dulu, selain menjadi tempat belajar agama keluarga dan kerabat sultan pada abad XV, kawasan Kasunyatan Banten juga memiliki banyak penulis kitab-kitab keagamaan, di antaranya penulis Al Qur’an.
Dari tradisi lisan dan beberapa sumber tekstual menyebutkan, wilayah yang masuk ke Kecamatan Kasemen, Kota Serang ini memang dikenal sebagai tempat pendidikan dan pengajaran agama Islam sejak awal masa kesultanan Banten.
Di kawasan ini terdapat banyak artefak yang menunjukkan adanya jejak kehebatan Islam pada abad XV.
Baru-baru ini teridentifikasi adanya kitab suci Al Qur’an yang diduga kuat sebagai peninggalan zaman Kesultanan Banten di Kasunyatan.
Al Qur’an kuno itu hasil tulisan tangan berbahan daluang atau kertas yang terbuat dari kulit kayu.
Arkeolog sekaligus sejarahwan Banten, Mohammad Ali Fadhillah mengungkapkan, jika benar Al Qur’an kuno berasal dari Banten, maka boleh jadi itu merupakan salah satu karya orang Banten yang luar biasa pada zamannya.
“Teksnya masih lengkap, aksara jelas, mudah dibaca. Sayangnya tidak ditemukan titimangsa yang memberitahukan siapa penulis, di mana ditulis dan kapan waktu penulisannya. Jika melihat bahannya dari daluang, maka bisa diartikan naskah itu cukup tua, ditulis sebelum adanya kertas Eropa,” terang Ali.
Ali menyarankan pemilik Al Qur’an itu segera didaftarkan sebagai Benda Cagar Budaya (BCB) untuk secepatnya mendapatkan perawatan, karena materialnya organik dan kondisinya sudah mulai rapuh oleh ngengat atau mikroba lain.
Sementara Nurul Hayat, dosen sosiologi Untirta mengaku sangat terarik dengan sejarah perjalanan dan perkembangan Islam di Banten, khususnya Kasunyatan. Menurutnya, perlu ada penelitian mendalam agar sejarah Islam di Banten makin terang benderang.
“Kemungkinan besar wilayah ini (Desa Kenari, Kasemen) adalah pusat studi Islam pada zaman kesultanan Banten. Jejak-jejaknya banyak, ditambah banyaknya tradisi lisan yang menyebutkan bahwa Kasemen ini pernah menjadi pusat pendidikan dan pengembangan agama Islam,” paparnya.
Hayat menambahkan, terkait dengan keberadaan Al Qur’an kuno, pihak Untirta sudah berkomunikasi dengan kantor Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) untuk konservasi kertas kitab suci asli tulisan tangan dengan tinta jenis japaron itu. (kontributor banten/luthfillah)