Niatnya Ingin Santuni Janda Tapi yang Dipilih yang Muda

Minggu 04 Apr 2021, 07:30 WIB
Ilustrasi. (kartunis: poskota/yudi himawan)

Ilustrasi. (kartunis: poskota/yudi himawan)

NIAT Makmun (37), sungguh mulia, ingin menyantuni janda. Tapi anehnya yang dipilih Ny. Latifah (40), yang muda dan kenceng, untuk sekalian dijadikan pelampiasan nafsu. Akhirnya, bukan dipuji Dinas Sosial, tapi malah ditangkap Satpol PP Aceh Tamiang. Maka siap-siap saja, pantat keduanya bakal tepos dicambuk!

Hadits Nabi riwayat Bukhori-Muslim menyerukan, agar orang bekerja (punya
nafkah) menyisihkan sebagian penghasilannya untuk menyantuni para janda. KH.
Zainuddin MZ dalam ceramahnya juga sering kali kembali menyerukan hal ini.
Sayangnya, di era gombalisasi sekarang ini, banyak lelaki menyantuni janda untuk tujuan lain. Bukan mengangkat si janda dari kemiskinan, tapi dipilihnya janda muda dan cantik agar bisa diangkat.....di atas ranjang!

Salah satunya Makmun, warga Karang Baru, Aceh Tamiang. Sudah beberapa
waktu lamanya dia hidup menduda. Kalau masih bujangan, hidup sendirian sebetulnya tak menjadi masalah. Tapi ketika sudah menikah dan kemudian menyandang status janda, itu menjadi siksaan tersendiri. Analoginya orang merokok lah. Bagi yang tak pernah merokok, seumur-umur tak menyentuh tembakau ya nggak papa. Tapi begitu pernah menikmati lezatnya tembakau dan dipaksa berhenti, tentu tersiksa habis-habisan.

Begitu pula lelaki duda. Sewaktu ada istri, malam hari ada “obat anget” khusus
bikinan mertua. Yang bisa “didatangi” kapan saja dengan cara yang sesuai selera, karena itu adalah ladang bagi seorang suami (surat Albakarah ayat 223). Tapi setelah tak ada istri, “ladang” itu telah hilang. Kalau ada tinggal ladang ganja yang dilarang polisi, atau kalau di Jakarta ladang kosong yang bisa dimanipulasi untuk bangun rumah DP nol rupiah.

Makmun sungguh kesepian karena kehilangan “ladang” tersebut. Ibarat orang
ngantuk disorong bantal, tiba-tiba dia dapat kenalan baru janda Latifah warga
sekecamatan. Orangnya cantik, bodinya masih seksi pula. Dari sekian hari berkenalan, tampak sekali yang agresip justru si janda yang kini dalam status “ladang” tak bertuan. Makmun jadi ingat ceramah KH Zainudin MZ di radio, “Masih banyak janda yang perlu disantuni....!”

Mendadak ingin dia menyantuni janda itu. Tapi jika mengikuti ceramah dai sejuta
umat, mestinya yang jadi sasaran kan janda-janda tua dan miskin. Makmun diminta
santuni janda tua dan miskin? Ah, itu kan urusan Dinas Sosial, kenapa gue harus ikut
repot? Kalau janda tua jadinya kan cuma nyumbang, lalu kapan bisa nggoyang? Setan pun meminta seruan KH ZainuddinMZ dikesampingkan saja, dan memilih janda Latifah adalah pilihan tepat. Kata si setan, “Gue sendiri kalau bukan setan, mau kok.....!”

Tahu kan kelakuan setan? Jika dia mau, manusia dijamin nggak kebagian. Maka
tawaran janda Latifah disambut dengan suka cita. Hari itu dan malam itu Makmun telah menemukan “ladang”-nya yang hilang, hadir kembali dalam kemasan baru. Ternyata sebetulnya Latifah lebih membutuhkan santunan bonggol ketimbang benggol. Maka malam itu Makmun telah menjadi dewan penyantun yang tidak santun.

Bagaimana disebut santun, karena kegiatannya berhari-hari nginep di rumah
Latifah juga tidak melapor ke RT apalagi RW setempat. Dan ternyata Makmun memang menjadi orang ke sekian yang suka ngendon berlama-lama di rumah Latifah. Kalau tak ada sanksi cambuk 100 kali, banyak kok yang mau menemani janda Latifah setiap malam.

Maka ulah dewan penyantun yang tidak santun itu segera dilaporkan kepada
Wilayatul Hisbah atau Satpol PP Karang Baru. Begitu diperiksa petugas, ternyata
keduanya tak bisa menunjukkan surat nikah maupun surat keterangan ustaz bahwa
keduanya kawin siri. Maka mereka segera digelandang ke kantor Satpol PP dan
diteruskan ke Polres Aceh Tamiang. Merujuk UU Qanun Jinayah, keduanya bakal kena cambuk masing-masing 100 kali.

Pinter banget Makmun, nyantuni janda dipilih yang muda dan cantik. (tribun/gunarso ts)

Berita Terkait

DPW Nasdem Banten Santuni 50 Anak Yati

Sabtu 01 Mei 2021, 15:59 WIB
undefined
News Update