Mengapa Perempuan?

Kamis 01 Apr 2021, 06:01 WIB
ZA, sosok terduga teroris wanita yang meneror Mabes Polri. (ist)

ZA, sosok terduga teroris wanita yang meneror Mabes Polri. (ist)

PREMPUAN berkerudung yang merangsek ke kantor mabes Polri pada petang kemarin (Rabu 31 Maret 2021), adalah seorang remaja kelahiran tahun 1995. Dari statusnya tercatat sebagai mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Jakarta.

Peristiwa yang dilakukan perempuan berinisial ZA ini sangat mengejutkan. Tentu saja banyak pertanyaan yang belakangan muncul terkait aksi nekat ZA ini.

Pertanyaan pertama adalah mengapa seorang remaja seperti dia memiliki keberanian masuk ke markas Polri yang nota bene dijaga ketat?

Pertanyaan kedua,  mengapa ZA memiliki senjata? Dari mana senjata itu berasal, apakah dari membeli sendiri? Atau dari orang lainkah? Menurut informasi sementara bahwa jenis senjata yang dibawa ZA berjenis air soft gun. Jika benar itu jenis soft gun, harga senjata seperti itu bervariasi mulai dari ratusan ribu sampai jutaan rupiah.

Pertanyaan-pertanyaan itulah yang saat ini memenuhi sebagian benak masyarakat. Secara logika, pelaku adalah mahasiswi yang secara intelektual minimal sudah bisa melihat, merasakan, memikirkan mana yang baik dan yang salah, yang jelek dan yang baik.

Tetapi mengapa seorang ZA yang baru berumur 26 tahun --masih masuk katagori milenial-- benar-benar nekat melakukan tindakan seperti itu?

Siapa di balik ZA?  Sebab, dalam kondisi normal, rasanya mustahil seorang perempuan yang konon kesehariannya sangat lembut nekat melakukan aksi seperti itu, apalagi menyerang markas polisi.

Pengamat politik dan keamanan dari Unpad Bandung, Profesor Muradi dalam sebuah keterangan kepada wartawan mengingatkan bahwa serangan teroris ini merupakan peringatan atau warning untuk meningkatkan kewaspadaan.

Apa yang disampaikan Muradi perlu ditindak lanjuti dengan sejumlah tindakan Polri dengan cara mengusut tuntas jaringan teroris yang merekrut pelaku. Dengan kejadian ini pula, sudah selayaknya Polri melakukan pengetatan di lokasi-lokasi objek vital, khususnya di Jakarta.

Polisi harus mengusut apakah penerobos ke Mabes Polri, terkait bom di Gereja Katedral Makassar ? Kalau betul, maka, diduga kuat pelaku terlibat dalam jaringan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Tidak kalah pentingnya untuk mengungkap alasan mengapa jaringan teroris saat ini mengubah cara dengan menggunakan perempuan sebagai serangan teror. Tren perempuan dalam setiap aksi teror ini harus diwaspadai dan diungkap.
Terakhir kita semua merindukan kehidupan yang damai tanpa ada peristiwa menakutkan seperti di Makasar dan Mabes Polri. *

Berita Terkait

Mudik Online

Kamis 08 Apr 2021, 06:00 WIB
undefined
News Update