"Setelah tiga empat hari kita beroperasi, kok belum ketemu. Ini kita berpikir metode apalagi yang akan kita gunakan untuk mencari CVR. Saya sempet ditanya temen-temen, 'Sur, kalo CVR-nya nggak ketemu bagaimana?'," katanya.
Mendengar pertanyaan tersebut, Soerjanto hanya diam.
Di sisi lain, Soerjanto sudah mengerahkan semua tenaga dan pikirannya demi menemukan komponen utama untuk mengungkap penyebab kecelakaan SJ-182 tersebut.
"Saya bilang 'saya nggak bisa jawab, saya belum siap menjawab kalau CVR-nya nggak ketemu'. Apapun usahanya, sampai nanti kita menyerah semuanya, baru saya akan mengatakan tidak sanggup," kata Soerjanto.
Setengah putus asa Soerjanto dan Tim terus melakukan pencarian dengan sisa tenaga yang ada.
Akhirnya, pada Selasa (30/3/2021) malam kemarin, kelelahan hingga hampir putus asa itu pun terbayar dengan adanya kabar dari kapal TSHD King Arthur 8 yang telah menemukan black box CVR SJ-182 pada pukul 20.00 WIB.
Kotak hitam itu ditemukan tak jauh dari lokasi penemuan black box flight data recorder (FDR) atau perekam data penerbangan pada Selasa (12/1/2021) silam.
"Alhamdulillah, tadi malam yang merupakan malam terakhir di dalam pencarian lanjutan ini, bisa kita temukan CVR ini," ucapnya.
Lalu CVR tersebut diangkut oleh KN Alugara, P 144 dari perairan Pulau Laki menuju Dermaga JICT Tanjung Priok.
Soerjanto mengatakan, CVR akan dibawa ke laboratorium untuk kemudian dilakukan pengunduhan data rekaman pembicaraan antara Pilot dan Co.Pilot.
"Ini (CVR) akan dibawa ke lab untuk dibaca kurang lebih 3 hari sampai satu minggu," kata Soerjano.
Soerjanto mengatakan, tanpa adanya CVR akan sulit meneliti penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182.