KARENA kemiskinan yang membelit, Muhtadi (35), jadi tenaga sales yang handal. Begitu pakarnya mempengaruhi orang akan produk yang ditawarkan, anak muda Mojokerto ini mampu menjual istrinya secara online. Dasar libido istrinya tinggi, justru istri sendiri yang minta dijual kepada peminat.
Dalam situasi yang terdesak dan tidak menguntungkan, kadang orang mendadak punya ide-ide dan terobosan briliyan. Dan ketika dipraktekkan, hasilnya luar biasa. Ada tentara yang dipecat karena desersi, begitu jadi pedagang malah sukses. Ada juga orang jadi TKW karena kemiskinnan, begitu kerja di negeri orang malah berhasil jadi wirassawtawan sukses.
Beda lagi dengan Muhtadi dari Pacet Mojokerto (Jatim) ini. Ketika masih kerja di perusahaan swasta, ekonominya mapa. Tiba-tiba-tiba istrinya, Martini, 28, tergoda lelaki lain, sehingga rumahtangga kacau balau. Muhtadi sering tak masuk kantor karena mencari istrinya yang digondol orang. Cuma beritanya tak seheboh Partai Demokrat yang digondol orang lewat KLB.
Istri berhasil ditemukan dan kembali dalam pangkuannya. Kenapa dia selingkuh dengan lelaki lain? Jawaban Martini jujur sekali, dia tak puas dengan pelayanan ranjang suami. Dan di luar rumah dia berhasil mendapatkannya. Karenanya dia jadi tega meninggalkan suami dan anaknya.
Sebetulnya Muhtadi ini jiwanya lembut sekali, sampai-sampai diayak pun lolos. Karenanya, dia tak sampai hati menceraikan Martini dan menuntut Burhanudin yang membawa kabur istrinya. Tapi rumahtangganya kadung hancur secara sosial dan ekonomi. Maklum, gara-gara sering tak masuk kerja demi mencari istrinya, Muhtadi sampai dikeluarkan dari kantornya.
Rumah tangga Muhtadi berantakan gara-gara Burhanudin. Tapi nggak apalah, yang penting istri kembali dan anak tak menjadi korban. Cuma di masa Covid-19 ini susah mencari pekerjaan baru, karena yang ada justru hadirnya penganggur baru. Muhtadi benar-benar pusing bagaimana bisa membiayai keluarganya.
“Mas, kalau susah cari kerja sedangkan keluarga kita harus makan, ya jual saja saya, nggak apa.” Kata Martini pada suami. Dalam kondisi kepepet, Muhtadi yang lembut jiwa lolos diayak, akhirnya siap melakukannya. Prinsipnya, dalam kondisi darurat, barang haram bisa menjadi halal. “Gitu dong Bleh, ketimbang mati karena nggak makan, mendingan jualan istri saja.” Begitu kata setan dalam dukungannya.
Jualan istri sudah barang tentu saja beda dengan jualan barang. Barang boleh diperkiksa itu barang dan baru terjadi transaksi. Kalau jualan istri, online pula, ya hanya dilihat gambarnya saja. Bisa dinikmati setelah terjadi transaksi. Benar-benar seperti kucing dalam sarung.
Melalui online jualan Muhtadi langsung dapat pasar. Ada lelaki hidung belang siap bertransaksi di hotel. Sewanya hanya Rp 300.000,- sekali pakai, di mana biaya hotel dibayar oleh si hidung belang itu sendiri. Dan karena Martini memang wanita berlibido tinggi, sama sekali hati nurani dan jiwanya tak terusik. Prinsipnya, hobi yang mendatangkan uang.
Karena di Mojokerto kurang peminat, Muhtadi memboyong bininya ke Surabaya. Di kota pahlawan ini nilai jual istrinya meningkat, sekali kencan dibayar Rp 900.000,- Naik sampai 200 persen, luar biasa. Muhtadi benar-benar merasa pria beruntung. Produk tak ada penyusutan, tapi duit terus mengalir. Dan paling penting, ketika dirinya butuh bisa pakai sendiri secara bebas biaya.
Tapi ternyata, baru beberapa kali jualan bini, terendus polisi. Baik Martini maupun Muhtadi ditangkap dan ditahan. Konsumen terakhir statusnya hanya saksi. Sehingga tidak perlu ditahan. Tapi Muhtadi kena Pasal 12 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Ancaman hukumannya 10 tahun penjara.