KAPAN manusia puas? Ini pertanyan wajar bagi semua orang. Sudah tahu jawabnya, tapi kalau nggak bertanya kayaknya nggak seru. Manusia puas, ya nanti ketika ajal sudah dijemput.
Jadi kalau ada orang yang kepingin ini itu, bekerja keras sampai jauh kemana-mana mencari rezeki, soalnya yang di rumah belum menumpuk harta karun. Begitu bukan? Jadi nggak heran kalau ada yang sudah kaya raya, tapi masih saja kerja keras mencari tambahan. Kalau yang begitu, sih boleh boleh saja. Nah, yang nggak boleh kan ini yang pada jalan yang keliru. Kalau dia pejabat pada korup, atau bagi yang nekat, ya jadi garong?
Itu orang yang ingin mementingkan diri sendiri, karena mereka itu manusia yang punya sifat seperti yang sudah disinggung di atas. Ada juga orang yang lebih lebar lagi cita-citanya, misalnya kepingin mengubah dunia! Bolehkah? Ya, boleh saja, yang penting mampu nggak?
Baca juga: Kisah Cinta Sang Pangeran
Maka tak heran kalau sekarang ini banyak orang yang bagi pandangan awam aneh. Bayangkan saja negara lagi tenang, mereka bilang morat marit. Pimpinan sekarang ini mau pecah belah bangsa, katanya? Nggak tahu nih yang komentar lagi linglung apa nggak?
Yang bikin was-was masyarakat luas, bahwa bukan sekadar ngomong banyak, tapi juga disertai tindakan, lihat tuh di luar negeri, ada kan yang disebut kudeta? Itu militer walaupun didemo mahasiswa dan rakyat, tapi tenang-tenang saja. Malah bertindak brutal.
Di sini adakah kudeta? Ya, itu yang pada berebut partai. Apa itu termasuk juga? Ada yang menyebut begtu bagi yang merasa dirugikan dan ada yang bilang bukan. Kalau saya yang ngurus partai ini akan lebih baik, katanya.
Baca juga: Penjahat, Jangan Pernah Dikasih Hati
Ada juga yang iseng pada mengutak-utik masalah agama. Ada yang bikin agama baru, ada yang mau menghilangkan pelajaran agama di sekolah? Yang lebih gila lagi yang protes soal ayat-ayat Alquran. Di India, misalnya, minta mencabut 26 ayat Alquran yang bicara soal kekerasan. Allahu Alam itu urusan para ulama harus bertindak cepat. Jangan sampai umat bingung!
Kalau UU buatan manusia silakan saja direvisi, tapi Kitab Suci dari Allah SWT, kok berani-beraninya mau mengubah? Ah, dasar manusia! (massoes)