SUAMI itu wajib cari nafkah, bukan malah petentang-petenteng macam Bangun (42), dari Medan ini. Dia nggak malu yang cari nafkah malah bininya. Giliran minta duit tak dikasih, Bangun jadi tersinggung karena istri menyuruhnya cari kerja. Saking jengkelnya, istri dianiaya pakai pisau sampai masuk RS.
Di manapun suami itu punya kewajiban menghidupi anak istrinya, bukan hanya petentang makan tidur dan meniduri bini doang. Tapi gara-gara Covid-19, banyak lelaki tak berkutik cari sumber penghasilan. Terpaksa istri ambil alih tanggungjawab, tak peduli jadi pembantu rumahtangga atau dagang kecil-kecilan. Celakanya, banyak lelaki pengangguran tak bersyukur atas pengorbanan istri.
Salah satunya, nih, Bangun Kencet warga Martubung, Medan Labuhan, Sumut. Sejak mengalami kecelakaan beberapa tahun lalu, kakinya menjadi pincang. Tambah sengsara lagi, ketika pandemi Corona juga menyapa Medan, Bangun terkena PHK pula. Lengkap sudah penderitaan Bangun. Pintu rejekinya jadi makin susah. Apa yang bisa dikerjakan oleh orang cacat seperti dirinya? Mau kerja jadi Gareng wayang orang, harus pindah ke Solo, masuk WO Sri Wedari, padahal dia nggak bisa ngomong Jawa.
Untung saja istrinya wanita ulet, bukan seperti kebanyakan wanita sekarang. Begitu suami kena PHK Covid-19, buruan ke Pengadilan Agama minta cerai. Dan Ny. Mirna, 38, bukanlah seperti itu. Dia mencoba dagang kecil-kecilan dan alhamdulillah dapur tetap ngebul, meski menunya harus seperti lagu Bandar Jakarta-nya Maladi. “Awan Lembayung, sore kangkung.......”
Mirna menikah dengan Bangun sekitar 7 tahun lalu, ketika sama-sama sendirian. Bangun duda tanpa anak, dan Mirna janda beranak dua. Kalau jamannya KH. Zainuddin MZ masih hidup, pastilah janda Mirna dapat santunan. Namun demikian Mirna tak sampai terlantar karena kemudian menikah dengan Bangun. Dari hasil kerjasama nirlaba tersebut anak Mirna jadi tiga orang. Yang dua merupakan anak bawaan dari hasil pernikahan dengan suami pertama.
Kebahagiaan suami istri ini tak berlangsung lama, karena mendadak Bangun terkena kecelakaan dan kakinya pun jadi pincang, maka dia dapat predikat baru: Bangun Kencet. Gara-gara itu kerja di kantor tak lincah lagi, dan ketika ada promosi jabatan Bangun selalu terlewatkan.
Penderitaan Bangun Kencet terus datang beruntun. Sebab awal Maret 2020 wabah Covid-19 melanda Indonesia. Di Medan sana imbasnya sampai PHK besar-besaran dan Bangun pun terkena. Ada sih pesangon tapi tak seberapa, hanya cukup bertahan beberapa bulan. Untung saja Mirna istrinya cepat bersikap. Dia segera jualan kecil-kecilan di pasar dan hasilnya bisa untuk nyambung umur.
Yang aneh justru Si Bangun Kencet. Setelah bini jualan dan dapat duit untuk makan sehari-hari, dia jadi keenakan tak mau cari kerja. Justru pekerjaannya kini hanya petentang-petenteng, ngopi-ngopi di warung dengan uang jajan dari istri. Sama sekali dia tak malu bahwa kewajibannya sebagai suami diambil alih istri.
Begitulah pekerjaan Bangun Kencet setiap hari. Sudah bukan lagi manusia produktif, tapi tiap hari kerjanya merongrong istri, minta duit melulu. Lama-lama Mirna pun kesal sehingga ngomel, “Kerja dong Bang, jangan hanya minta duit melulu sama istri.” Dan kali ini benar-benar tak ada uang yang diberikan istri pada suami.
Ujung-ujungnya Mirna mengancam, jika begini terus akan menggugat cerai. Tapi kata Bangun, jika alasannya hanya karena suami nganggur, susah dikabulkan. Lalu tanpa pikir panjang Mirna bilang, biar mudah ya cari selingkuhan dulu. Begitu saja kok repot!
Hal ini rupanya membuat murka Bangun. Biar bininya tak laku selingkuh, harus dibuat cacat dulu. Maka dia ambil pisau dapur dan ditusukkan ke kepala dan tangan istrinya berulang kali. Warga geger, mereka menyelamatkan Mirna yang sudah mandi darah. Untung bisa diselamatkan. Bangun Kencet yang sempat kabur akhirnya bisa ditangkap. “Biar nganggur, aku takkan menceraikan istriku,” katanya pada polisi.