Jangan Tebar Kebenaran Semu

Senin 08 Mar 2021, 07:00 WIB
Kopi Pagi

Kopi Pagi

Oleh Harmoko

KEBENARAN akan tetap menjadi benar, jika diucapkan secara benar, diterapkan secara baik dan benar pula. Kebenaran “semu”, jika diterapkan dengan ragu,  setengah hati. Kebenaran “palsu”, jika diterapkan hanya untuk mengikuti hawa nafsu.

Lantas siapa yang tahu persis, mana kebenaran semu dan palsu? Jawabnya diri sendirilah yang mengetahui karena kebenaran yang sejati itu sesungguhnya berada di dalam diri kita, hati kita.

Karena kebenaran ada di dalam hati, maka untuk menguak kebenaran sejati ( yang sesungguhnya) harus pula mengungkap kejujuran hati.

Itulah sebabnya, para leluhur mengajarkan kepada kita semua agar senantiasa menegakkan kebenaran dengan penuh kejujuran dan kesabaran. Tidak dilakukan secara tergesa – gesa, tidak dengan keraguan, tidak ceroboh, tidak dalam keadaan marah, emosi, tidak pula terprovokasi.

Baca juga: Bebas, Bukannya Tanpa Batas

Yah, kejujuran itulah yang diperlukan jika ingin mengatakan “Yang benar adalah benar, yang salah adalah salah” . Bukan dibolak balik “ Yang salah dikatakan benar, yang benar dikatakan salah”.

Lebih – lebih jika menegakkan kebenaran dilatar belakangi dengan iri dan kebencian, hasilnya semakin tidak karuan. Tidak akan mencerminkan keadilan.

Begitu pun menegakkan kebenaran dengan pesanan, sudah dapat diduga akan melahirkan ketidakadilan.

Kita tentu tak ingin ketidakadilan berada di depan mata, terjadi di sekeliling kita, apalagi pada diri kita, dan pada keluarga kita.

Baca juga: Dulu, Kini, dan Nanti

Kita meyakini tidak seorang pun berharap memperoleh ketidakadilan.Telah bersikap tingkah laku benar, tetapi disalahkan, sementara orang lain yang jelas – jelas melanggar hukum, malah dibenarkan.

Tidak ada seorang pun berkehendak yang benar menjadi salah, yang salah menjadi benar.

Kita semua tentu tidak ingin kebenaran palsu tumbuh subur menebarkan aroma "kebohongan" yang dapat merusak tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dapat pula menimbulkan rasa saling curiga, salah paham dan menajamnya perselisihan.

Itulah sebabnya sejak negeri ini berdiri menegakkan kebenaran dan keadilan telah menjadi pedoman berbangsa dan bernegara.

Baca juga: Melestarikan Kekayaan Alam

Ajakan "berani membela kebenaran dan keadilan" secara gamblang dirinci dalam butir - butir pengamalan sila kedua falsafah bangsa, Pancasila.

Kita sebagai warga negara, sebagai anak bangsa ikut pula berkewajiban mengamalkan, mulai dari masing – masing  individu, keluarga, dan masyarakat secara bersama – sama.

Perlu diingat, kebenaran bukanlah hiasan kata- kata, tetapi fakta dan realita nyata sesungguhnya. Cermin kebenaran akan terukur dari sikap dan perilaku nyata setiap manusia di mana pun berada, apa pun profesi dan latar belakangnya.

Mari bersama tegakkan kebenaran yang sesungguhnya, bukan kebenaran semu, bukan pula yang palsu. Sekecil apa pun “kebenaran” akan sangat bermakna, ketimbang sama sekali tidak ada.

Sekiranya mampu, lakukanlah dengan perbuatan, jika kurang mampu lakukanlah dengan lisan! Masih tidak mampu juga, lakukanlah dengan hati. (*)

Berita Terkait

Peduli Petani Perlu Bukti

Kamis 25 Mar 2021, 07:00 WIB
undefined

Menyerap Suara Rakyat

Senin 05 Apr 2021, 07:00 WIB
undefined

Ego Kelompok Tidaklah Elok

Kamis 08 Apr 2021, 07:00 WIB
undefined

Mari Kelola Hasrat Diri

Senin 12 Apr 2021, 07:00 WIB
undefined

Pantang Menyerah

Senin 19 Apr 2021, 07:00 WIB
undefined

Membangun Generasi Bermoral

Senin 03 Mei 2021, 07:00 WIB
undefined

Kesadaran Tolong Menolong

Senin 10 Mei 2021, 07:00 WIB
undefined

News Update