LEBAK, POSKOTA.CO.ID - Pandemi virus corona atau Covid-19 telah berlangsung secara berkepanjangan sejak 2020 berdampak kepada seluruh sektor, khususnya pendidikan. Karena pandemi mengharuskan adanya pembatasan sosial, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pun yang awalnya dilakukan secara tatap muka, dipaksa untuk beralih menjadi online atau daring.
Tentunya, penerapan metode KBM daring itu menuai pro kontra antara pelaku pendidikan khususnya para orang tua murid. Mereka menilai metode itu tidak efektif, bahkan hanya membebani para murid saja. Terlebih, sarana dan prasarana untuk penerapan metode tersebut masihlah sangat kurang, sehingga pembelajaran pada metode itu tidak dapat berjalan dengan maksimal.
Kekhawatiran juga ditunjukkan oleh Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya. Ia khawatir, pandemi ini akan membuat banyak anak sekolah di Kabupaten Lebak yang putus atau tidak melanjutkan sekolah.
"Iya kami khawatir karena pandemi ini, banyak anak yang tidak melanjutkan sekolah, dan lebih memilih untuk bekerja," kata Bupati Lebak, Minggu (7/3/2021).
Iti mengatakan, ketidakefektifan metode KBM daring telah menjadi PR besar, dan ganjalan bagi Pemerintah Daerah.
"Kepala Dinas Pendidikan sudah beberapa kali mengajukan untuk membuka sekolah tatap muka. Cuma engga bisa, karena kita masih masuk ke dalam zona kuning. Sehingga KBM tatap muka belum bisa dilakukan," katanya.
Bupati mengungkapkan, untuk KBM tatap muka sendiri pihaknya menargetkan akan dilakukan setelah tahapan vaksinasi untuk para tenaga pendidik, atau guru, dan juga para murid telah selesai.
Vaksinasi itu sendiri dilakukan dengan harapan agar pandemi Covid-19 ini dapat segera selesai, sehingga sektor peronomian dapat kembali dengan normal, dan juga KBM tatap muka dapat segera bisa dilakukan.
"KBM tatap muka dapat dilakukan, tentunya dengan bertahap atau penggunaan zonasi. Dimana KBM tatap muka bisa dilakukan di zona hijau, jika merah maka tidak bisa. Lebih jauhnya akan kita evaluasi lagi," ungkapnya.