ADVERTISEMENT

Jangan Jadi Penonton

Sabtu, 6 Maret 2021 06:00 WIB

Share
Jangan Jadi Penonton

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

MENJADI penonton memang menyasyikan. Sebut saja menonton film di bioskop bisa sambil makan, minum. Kalau nonton film di rumah malah bisa sambil rebahan, tiduran, bisa pula sambil minum sesuka hati.

Paling asyik nonton petandingan sepakbola. Bukan cuma sambil makan dan minum. Jingkrak – jingkrak juga boleh, berteriak dan bersorak sore tanda kebahagiaan tidak dilarang. Malah bisa memaki – maki pemain yang melakukan kesalahan, yang gagal menjebol gawang lawan.

Tapi menjadi penonton bisa juga menyedihkan, membawa duka dan nestapa. Sebut saja, sawah ladang kita digarap orang lain, yang menikmati keuntungan orang lain juga, sementara kita tidak bisa mendapatkan apa – apa karena sudah tergadaikan akibat satu dan lain hal, sehingga hanya bisa duduk termangu sebagai penonton.

Begitu pun dalam pengelolaan sumber daya alam kita. Jangan karena berharap masuknya investasi asing dengan teknologi majunya, lantas mereka yang mengerjakan semuanya. Mereka pula yang meraup keuntungan, sementara kita hanya bisa menyaksikan sebagai penonton di negeri sendiri.

Ini tidak boleh lagi terjadi. Yah! Menjadi penonton di negeri sendiri tidak boleh terjadi. Itu pula yang ditekankan Presiden Joko Widodo ketika memberikan sambutan pada pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XVII Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Tahun 2021,  di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (05/03 /2021).

Karena itu, meski negeri kita mengundang investasi asing dan teknologi maju untuk membuka seluas mungkin lapangan kerja dan alih ternologi, bukan berarti semua – muanya dikerjakan sendiri oleh investor. Jika tenaga kerja pun, misalnya didatangkan dari luar negeri, lantas bagaimana dengan angkatan kerja kita. Apa yang kita dapat.

Itulah sebabnya, seperti dikatakan Presiden, pengerjaan proyek yang didanai invesasti asing wajib dikerjasamakan- dipartnerkan dengan swasta kita, pengusaha kita dan BUMN. Dengan begitu pengusaha kita, BUMN kita ikut menikmati langsung kue investasi yang berujung dengan terserapnya banyak tenaga kerja lokal, bukan asing. Termasuk dengan alih teknologi.

Yang diperlukan sekarang adalah kesiapan swasta kita, pengusaha kita dan BUMN kita, dalam beragam skill mumpuni untuk berpartmer dengan perusahaan asing.

Jangan sampai peluang berpartner sudah dibuka, kita tersingkir karena tak memenuhi persyaratan.

Ayo buktikan bahwa kita bisa seperti mereka, bahkan lebih dari mereka. (*). 

ADVERTISEMENT

Reporter: Winoto
Editor: Winoto
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT