HOBI itu mestinya main catur atau nonton wayang, amanlah desanya. Tapi Kades Haryono (40) dari Gunung Kidul (DIY) ini hobinya koleksi WIL. Yang jengkel bukan saja bini di rumah, tapi warganya juga. Karena tak ada kapoknya, warga bikin resolusi dan demo minta Kades Haryono mengundurkan diri.
Apa sih enaknya punya WIL? Ibarat biskuit Kong Guan, biar bentuknya macam-macam toh rasanya sama saja. Tapi begitulah sebagian kaum lelaki. Tak puas dengan alokasi di rumah mulai celamitan ke mana-mana. Padahal perilaku demikian ibarat kata orang Jawa, itu sama saja suduk gunting tatu loro. Yang disuduk atau ditusuk hanya satu, tapi yang terluka hatinya banyak pihak. Ya istri di rumah, ya suami daripada perempuan yang dijadikan WIL tersebut.
Lebih-lebih setingkat pejabat, meski hanya level Kades harus dijaga, jangan asal ngethapel. Seperti Kades Haryono dari Semin Gunung Kidul ini contohnya, melupakan dirinya pejabat karena sekadar berburu nikmat. Punya jabatan yang sangat terhormat, tapi hobinya merusak kehormatan banyak wanita. Maka benar kata komponis Ismail Marzuki, banyak lelaki bertekuk lutut di sudut kerling wanita (lagu Sabda Alam).
Baca juga: Nyuruh Rakyat Menjaga Jarak Pamong-Bidan Lengket Sendiri
Tapi wanitanya juga begitu sih, tahu Kades Haryono lelaki celamitan, rela saja bertekuk lutut dan berbuka paha untuknya. Maka Pak Kades semakin nggembeleng (besar kepala), asal ada perempuan cantik langsung dia tenteng, apa lagi sehabis makan thengkleng (gulai tulang kambing).
Kali pertama punya WIL, sasaran Kades Haryono adalah Ngatini (33) bini salah seorang warganya. Wanita lumayan cantik itu dibawa ke sebuah hotel Wonogiri dan dieksekusi tanpa seizin Kejaksaan. Sekali dua kali aman saja, tapi ketiga kalinya ketahuan suami. Untung Bandono (38) suami Ngatini masih memaafkan, sehingga Pak Kades hanya diminta bikin pernyataan kapok di atas meterai Rp6.000.
Tapi ternyata surat perjanjian itu punya tafsir beda menurut Kades Haryono. Kapok dan takkan mengulangi kan terhadap istri Bandono, sedangkan terhadap wanita lain tak ada klausul yang mengatur. Maka berhenti dari Ny. Ngatini, Pak Kades cari gebedan baru lagi. Katanya, punya WIL itu rasanya gimana gitu, ada sensasi yang tak bisa diuraikan dengan kata-kata meski sekelas pujangga Raden Ngabei Ranggawarsito.
Baca juga: Pak Guru Berangkat Pagi Bukan Ngajar Tapi Mesum
Bulan November 2020 Pak Kades kembali “nembak” Ny. Ninuk (30) anggota BP Kelurahan. Setelah beberapa kali dicocol-cocol kayak pentol (bakso), lagi-lagi ulah Kades Haryono ketahuan.Tapi seperti sebelumnya, dia hanya minta maaf karena merasa khilaf. Entah punya ajian apa, suami Ninuk bersedia memaafkan.
Ternyata itu hanya kapok untuk semingguan. Lepas dari “puasa” mesum, kembali Pak Kades meneruskan debutnya, dengan sasaran wanita berbeda. Lagi-lagi ketahuan. Nah, kali ini warga habis sudah kesabarannya. Warga berbondong-bondong mendekati Balai Desa untuk mendesak Pak Kades turun jabatan. Mereka pendemo asli, bukan panasbung (pasukan nasi bungkus) yang menolak Pak Kades hobinya masuk sarung.
Kali ini tak ada pilihan lain. Ibarat pepatah sepandai-pandai tupai selingkuh, akhirnya ketahuan juga, maka Kades Haryono dipaksa mundur hari itu juga. Begitu Pak Kades menyatakan mundur, warga pun bertepuk ada yang sampai berguling-guling saking senengnya.