Ia melihat banyak jenis produk impor yang bisa dikendalikan karena bukan merupakan kebutuhan primer.
“Impor perhiasan, buah-buahan, dan susu seharusnya bisa dikendalikan hingga angka minimal,” terang Soleh.
Pengembangan Produk Ekspor
Rektor Ekonomi Universitas Nasional Jakarta Prof. Dr. I Made Adnyana, S.E., M.M.mengemukakan sejumlah upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga pasar dan menggenjot ekspor produk Indonesia, di antaranya meningkatkan penetrasi ke pasar non tradisional.
Upaya ini dapat dilakukan melalui program pengembangan produk ekspor, pengembangan SDM di bidang ekspor, dan promosi dagang.
“Pemerintah harus memfasilitasi pengusaha Indonesia untuk melakukan promosi ke berbagai negara,” kata Adnyana.
Adapun Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta Dr. Mukhaer Pakkana , S.E., M.M.mengingatkan, bahwa terjadinya surplus perdagangan adalah karena harga ekspor naik signifikan dari level terendah pada Mei 2020, sementara pada saat bersamaan harga impor relatif justru lambat kenaikannya.
“Ini memberi peluang bagi usaha berbasis ekspor untuk ekspansi selagi harga pasar tinggi, dan juga peluang pengadaan barang modal dan bahan baku impor selagi harga sedang murah dan rupiah sudah mulai kuat,” terang Mukhaer.
Baca juga: Ketahanan Pangan Indonesia di Awal 2021 Bermasalah, Karena Ketergantungan Terhadap Impor
Dari sisi pertumbuhan, Mukhaer menilai Indonesia tidak terlampau terpuruk karena hanya terkontraksi 2,1%. Ia bandingkan dengan Filipina yang minus 9,5%.(tri)