COBA siapa yang bisa menganalisa mengapa orang baik berubah jadi jahat? Seorang yang dikatakan berprestasi dalam segala hal, seorang lelaki, misalnya, dalam rumah tangga dia seorang suami, ayah yang baik. Panutan bagi anak istrinya. Di kantornya adalah seorang pimpinan yang luar biasa, bahkan dia juga punya gerakan antikorupsi?
Tapi, dia terjeblos juga, ketika melihat iming-iming, ada uang miliaran rupiah di depan matanya. Mungkin juga awalnya, dia ragu-ragu? Ambil nggak ya, ambil nggak ya? Eh, disikat juga tuh uang sekoper, dan apa boleh buat. Setan tertawa sukses menggoda orang yang dianggap baik tadi, ketika harus diborgol dan masuk tahanan KPK.
Ada yang begitu? Adakah orang baik menjadi silau melihat harta yang bukan haknya. Padahal sementara dia habis-habisan membela negeri ini agar jangan kecolongan oleh orang-orang yang nggak bermoral, menghabiskan uang negara.
Baca juga: Tanya Saja pada Rumput yang Tak Bergoyang
Ya, itu tadi ilustrasi kejahatan yang dilakukan orang-orang yang awalnya penuh dedikasi, tapi kecemplung ke dalam lumpur dosa.
Kayaknya kasus semacam sepanjang sejarah kejahatan korupsi di negeri tercinta ini sering terjadi ya? Bayangkan saja, ada pejabat yang agamis, rajin ibadahnya, dan orang banyak melihat bahwa dia nggak mungkin buat kekeliruan, apalagi menjual jabatannya. Tapi, nyatanya dia tertangkap juga.
Banyak yang begitu. katakanlah itu oknum pejabat tinggi. Ada yang petinggi hukum, ada juga oknum berpangkat tinggi. Duh, sayang ya? Oknum Kapolsek kena narkba. Pastinya, polisi wanita yang berprestasi ya, yang bisa diangkat jadi pejabat. Eh, ternyata, ternyata!
Baca juga: Kata Pepatah, Ada Gula Ada Semut
Untuk menjadi berprestasi sungguh penuh perjuangan yang berat. Tapi sayang nggak mampu menahan nafsu, ya? Prestasi tinggal kenangan.
Memang hebat jadi orang berprestasi, tapi lebih hebat kalau nggak korupsi! (massoes)