SEBAGAI Kepala Sekolah ternyata Sukamdi (40), benar-benar keras kepala. Sudah dibilangi Puthut (56), agar jangan lagi ganggu istrinya, kok malah ganti-ganti nomer HP. Saking jengkelnya, Puthut nglabrak ke sekolah, dan di ruang guru Sukamdi ditusuk berkali-kali. Untung tak sampai wasalam.
Jarak usia suami istri idealnya 5 tahunan. Misalnya saja, suami 40 tahun, istri 35 tahun. Tapi usia sama atau njomplang juga nggak ada larangan dan tak melanggar UU Perkawinan. Cuma, kalau istri usia 30-an kok suami sudah oversek (50 tahun lebih), pada saatnya nanti ada yang kedodoran. Dalam urusan ranjang misalnya, istri masih giat-giatnya, suami sudah mulai ogah-ogahan. Jika tak ada solusi, munculah PIL.
PIL itu salah satunya Sukamdi, seorang Kepala Sekolah di daerah Cepogo, Kabupaten Boyolali Jateng. Dia pandai memanfaatkan kesempatan untuk mencari yang sempit-sempit atas Ny. Tumilah, 30, warga kecamatan yang sama. Sebagai Kepala Sekolah yang saat di SPG dulu belajar Ilmu Jiwa, Sukamdi mampu membaca perasaan seorang wanita dalam kondisi tidak bahagia jiwa dan perasaannya.
Ny. Tumilah memang lumayan cantik, ditambah bodinya yang sekel nan cemekel, membuat jantung Pak Kepsek selalu sedut-senut dibuatnya. Tapi begitu tahu siapa suaminya, Pak Guru Sukamdi jadi tambah prihatin. Kasihan Tumilah, orang begitu seksinya dapat suami Puthut yang sudah tua nyaris seperti anggur kolesom. Ibarat mobil, mesti jarang dipakai, sehari-hari hanya dipanasi di garasi doang.
Kepsek Sukamdi pun mulai menganalisa, pastilah Tumilah sering kesepian, karena hasratnya sering tak terpenuhi secara maksimal. Dan rupanya setan juga melihat itu, sehingga sambil mengenakan masker setan mendekati Pak Kepsek. “Betul Bleh, ini kesempatan bagus buatmu. Kapan lagi kalau nggak sekarang, apa mau nunggu Lebaran kuda?” kata setan memberi semangat.
Mulailah Kamdi mendekati Tumilah. Dari ngobrol ngalor ngidul didapat kesimpulan bahwa bini Puthut ini memang bisa dimainkan. Cuma sebagai guru Kamdi menyadari bahwa permainannya harus cantik, untuk tidak mudah ketahuan. Jika guru ganggu bini orang, apa kata dunia? Jika guru “ngencingi” bini orang sambil berdiri, apa mungkin murid berlari untuk ramai-ramia mengintip?
Begitu cintanya bersambut, wih......rasanya seperti habis ngrapel tunjangan sertifikasi. Untuk sementara waktu permainan Tumilah-Kamdi memang aman, kontak-kontak asmara terus terjadi baik lewat udara maupun dunia maya. Tapi sepintar-pintarnya Kepsek Kamdi mengemas paket selingkuhnya, lama-lama ketahuan juga. Buktinya Puthut langsung menegur Kamdi, agar jangan mengganggu istrinya.
Tapi rupanya oknum Kepala Sekolah ini memang keras kepala. Sudah ditegur jangan mengganggu Tumilah, kok nggah-nggih ra kepanggih. Agar jejak selularnya tak ketahuan, Kamdi pun ganti nomer, tapi ketahuan juga. Ganti nomer lagi, masih terdeteksi juga. Lama-lama habis kesabaran Puthut. Maka sambil menyelipkan pisau dalam bajunya, dia mendatangi Kepsek Sukamdi di ruang guru.
Kembali dia memarahi Sukamdi, kenapa masih mengganggu bini orang? Tapi oknum Kepsek ini mencoba membantah dan membuat alasan macam-macam. Sukamdi memang ahli menata kata, seiman pula! Tapi bagi Puthut yang dibakar cemburu, semua alasan Kamdi tak dipercayainya lagi. Maka secepat kilat dia tarik pisau dibalik bajunya dan ditusukkan berulang kali ke tubuh Pak Kepsek.
Kamdi berusaha berkelit, tapi serangan bertubi-tubi itu menjadikan dirinya tak bisa berbuat banyak. Untung segera diselamatkan guru-guru yang lain, dan dilarikan ke RS Boyolali, sementara Puthut diringkus dan diserahkan ke Polres Boyolali. “Bagaimana saya nggak jengkel, sudah diperingatkan jangan ganggu lagi bini saya, kok nekad.” Kata Puthut kesal.
Kalau nggak nekad ya nggak dapat yang nikmat. (IndoOnline/Gunarso TS)