ADVERTISEMENT

Bahu Membahu Hadapi Bencana

Senin, 22 Februari 2021 06:00 WIB

Share
Bahu Membahu Hadapi Bencana

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

BANJIR yang melanda wilayah Jabodetabek sudah diprediksi oleh BMKG. Namun volume air yang datang menyerbu serta merendam area permukiman dan lokasi lainnya pada Sabtu (20/2/2021) di luar perkiraan. Hujan ekstrem secara serentak di berbagai wilayah selama dua hari berturut-turut menimbulkan banjir.

Tiga provinsi yakni DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat tidak bisa menghindar dari terjangan air bah. Banjir merendam ribuan rumah di Bekasi, Tangerang, Depok dan Jakarta. Di Jawa Barat, sebanyak 5.539 rumah juga terendam banjir akibat Sungai Citarum meluap setelah tanggul jebol.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofi sika (BMKG) mencatat curah hujan yang tinggi menjadi penyebab banjir di wilayah Jabodetabek. Di Jakarta, curah hujan mencapai 226 milimeter per hari. BMKG menyebut kategori cuaca atau hujan ekstrem karena di atas 150 milimeter per hari.

Cuaca ekstrem tahun ini tidak lebih buruk dibanding yang terjadi pada 1 Januari 2020. Kala itu curah hujan mencapai 337 milimeter perhari, tertinggi dalam sejarah selama 156 tahun terakhir. Sementara sistem drainase di Jakarta dirancang hanya bisa menampung curah hujan dengan kisaran angka 100-150 meter perhari. Maka, volume air pun tak mampu ditampung oleh drainase yang ada.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkapkan, berdasarkan data dari BPBD DKI dampak banjir Jakarta pada tahun ini jauh lebih kecil dibanding yang terjadi pada awal 2020. Tahun ini luas area yang tergenang sekitar 4 kilometer. Sedangkan tahun lalu luas genangan mencapai 156 kilometer.

Fenomena alam tidak bisa dihindari. Yang bisa dilakukan adalah bagaimana meminimalisir dampak yang ditimbulkan. Oleh karena itu bencana alam harus dihadapi bersama-sama. Sangat tidak elok bila musibah yang terjadi malah jadi ajang saling menyalahkan. Banjir jangan dijadikan ajang politik, karena bencana alam bukan untuk dipolitisir.

BMKG memprediksi, cuaca ektrem masih akan terjadi selama pekan ini. Itu artinya kita harus menghadapi ancaman banjir susulan. Stop politisasi banjir. Hentikan dulu perbedaan pandanga politik. Yang diperlukan saat ini adalah saling bersinergi, bahu membahu menghadapi bencana. Terlebih di tengah pandemi Covid-19 saat ini, soliditas seluruh komponen bangsa menjadi kekuatan besar menghadapi bencana alam. **

ADVERTISEMENT

Reporter: Winoto
Editor: Winoto
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT