JAMAN sekarang, biar salah kalau pinter ngeyel malah menang. Inilah kelakuan Daliman (40) warga Banyuwangi (Jatim). Jelas-jelas dia yang digerebek karena ngencani bini Sakim, 36. Tapi gara-gara Sakim dan Pak RT iku menganiaya Daliman, justru Sakim dan Pak RT Kadar, 40, yang ditahan dan dipenjarakan.
Kata para orangtua, orang bodo kalah sama orang pinter, tapi orang pinter masih kalah sama orang mujur. Contohnya, orang bodo mudah ditipu oleh orang yang pintar. Tapi orang pintar kalah sama ora mujur (jawa: begja). Contohnya, meski hanya sarjana S-1 dari kampus swasta yang masih terdaftar, bisa jadi menteri. Sebaliknya, yang bergelar profesor doktor, setiap ada kabinet baru presiden tak pernah mengajaknya masuk kabinet.
Itu masih kurang. Di era gombalisasi ini, orang salah macam Daliman dari Gambiran Banyuwangi, karena berani ngeyel dan tahu liku-liku hukum, dia yang menggauli bini Sakim, malah Sakimnya yang jadi tahanan polisi. Begitu pula Pak RT yang membela warganya, karena ikut mukul Daliman, ikutan pula ditahan dan naga-naganya masuk penjara.
Semua ini terjadi karena Ny. Tatik, 32, istri Sakim bermasalah. Bukan masalah keuangan, tapi kenapa orang cantik seperti dia kok mau jadi bininya Sakim yang tampangnya sangat standar, belum power stering dan power window. Tapi karena Sakim lelaki mujur, meski hanya petani buruh dapat juga bini kinclong, bikin lelaki memandang bengong, karena tak mampu memanjakan dia punya entong.
Nah, seorang lelaki setengah baya dari Kecamatan Gambiran pula, agaknya bermental seperti Minak Jingga dalam legenda Banyuwangi. Sudah punya bini Waita-Puyengan, masih ngincer Ratu Ayu Kencanawungu raja Majapahit. Dan di mata Daliman, Tatik itu seperti Ratu Ayu Kencana Wungu. Biar sudah ada “Damarwulan” di sampingnya, masih kepengin merebutnya pula.
Daliman meyakini “gada wesi kuning” miliknya jauh lebih hebat ketimbang “gada” milik Sakim suami Tatik. Maka diam-diam dia mendekati Ratu Kencanawungu era milineal ini. Dan ternyata, tanpa bantuan ajudan Dayun pun, Daliman berhasil mendekati Tatik. Bila suaminya pas tak di rumah, Daliman pun masuk ke rumah Tatik untuk memainkan “gada wesi kuning” miliknya.
Mentang-mentang Tatik selalu mengimbangi aspirasi arus bawahnya, Daliman jadi keseringan main ke rumah Sakim, di kala kepala keluarga sendiri tak di rumah. Kok tahu situasi rumah mantap terkendali, bagaimana caranya? Kan ada HP, sehingga asal suami pergi Daliman pun di WA dan masuklah ke rumah untuk berpacu dalam birahi.
Tapi sepandai-pandai tupai selingkuh sekali waktu jatuh juga. Begitu pula nasib duet mesum Tatik-Daliman. Ketika Minak Jingga van Gambiran itu sedang menggunakan “gada wesi kuning”-nya, eh.....tiba-tiba Sakim makbedengus muncul, rupanya dia pulang lebih cepat. Keruan saja Tatik-Daliman kelabakan bagaiamana harus menyelamatkan “aset”-nya.
Daliman gagal kabur, sehingga kemudian “diadili” oleh Pak RT Kadar bersama Sakim dan seorang warga yang lain. Saking jengkelnya, sambil diinterogasi sempat juga dikepret beberapa kali. Untungnya Sakim-Pak RT masih sabar, sehingga setelah “diberi pelajaran” seperlunya Daliman dipersilakan pulang dengan catatan tak mengulangi perbuatannya.
Tapi rupanya Daliman tipe orang tak tahu berterima kasih. Sudah kasusnya di-SP3 oleh Pak RT, masih tak terima juga. Dia malah lapor polisi bahwa habis dianiaya Pak RT dan dua orang warganya. Padahal laporan itu justru menelanjangi siapa diri Daliman sebenarnya. Tak mungkin dia digebuki orang jika tak ketangkap basah kencani bini orang.
Entah bagaimana prosesnya, justru kemudian Sakim yang bininya diobok-obok Daliman, Pak RT yang membela warganya dan seorang warga lainnya yang berpartisipasi ikut nempeleng Daliman, dijadikan tersangka polisi dan kemudian ditahan. Naga-naganya mereka bakal masuk penjara.
Daliman yang enak, Sakim dan Pak RT yang eneg. (JP/Gunarso TS)