Pedasnya Sambal, Pedasnya Kritik

Kamis 18 Feb 2021, 09:45 WIB

CABAI, dengan segala jenisnya, merah, rawit dan keriting suka bikin kejutan. Di mana harganya kadang naik melebihi harga daging. Kenapa ya, padahal kan itu rempah-rempah yang rasanya pedas, kok bisa bikin panik,terutama emak-emak.

Betul, rasa pedas sambal memang punya sensasi tersendiri bagi makanan atau kuliner Indonsia. Katakan saja itu makanan Rendang Padang yang sudah dinobatkan sebagai makanan nomor satu di dunia, harus punya rasa pedas.Kalau nggak pedas, ya bukan rendang lah!

Masih banyak lagi makanan yang diolah dengan cabe, pecel,gado-gado, sayur lombok asal Jawa, balado dan masih banyak lainnya. Belum lagi olahan sambal itu sendiri. Sambal kacang, sambal kecap, sambal terasi, sambal bacang, sambal nanas, sambal mangga, sambal petis? Wauw, banyak banget deh. Itu penambah rasa yang bahan dasarnya cabe.

Baca juga: Kapok, Kapok Sambal

Dan di zaman now, masyarakat akan ditawarkan dengan makakan apakah itu modern atau tradisional dengan embel-embel  rasa pedas yang nampol. Maka lahirlah makanan dengan standar pedas. Dengan ‘level’. Level satu, dua, tiga dan seterusnya.

Tapi, bagi yang nggak mau repot, kayaknya tinggal minta dengan, kata ’sedang’ dan pedas atau tidak pedas. Pokoknya penjual gado-gado, nasi goreng, mie goreng, rebus, paham deh. Begitu.

Eh, tahu nggak sekarang juga ada yang namanya kritik. Kritik pedas! Apakah punya level alias bertingkat? Kritik pedas level satu, dua,tiga dan seterusnya. 

Baca juga: Nikmatnya Pindang Bandeng

Mungkin, ini mungkin lho, kalau kritik pedasnya level yang tertinggi, itu bisa berurusan dengan yang berwajib, ya?

Makanya, makan sambel aja deh, biar pedasnya selangit, paling  obatnya air minum. Oke? Tapi terserahlah, kalau mau punya urusan panjang ya silakan bikin kritik yang  pedassss! (massoes)

Berita Terkait

Berani-beraninya Kau Narkoba?

Minggu 21 Feb 2021, 09:45 WIB
undefined

Kaya Dadakan, Mendadak Kaya

Senin 22 Feb 2021, 09:45 WIB
undefined
News Update