Kemenperin Fasilitasi Industri TPT Optimalkan Teknologi dan Inovasi

Sabtu 13 Feb 2021, 13:24 WIB
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin Doddy Rahadi (kiri) didampingi Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Elis Masitoh saat meninjau langsung labolatorium melt spinning di Balai Besar Tekstil Bandung .(ist)

Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin Doddy Rahadi (kiri) didampingi Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Elis Masitoh saat meninjau langsung labolatorium melt spinning di Balai Besar Tekstil Bandung .(ist)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya mendorong optimalisasi pemanfaatan teknologi industri untuk mendongkrak daya saing sektor manufaktur nasional. 

Diharapkan, industri manufaktur tanah air akan terus berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi. 

“Guna terus melakukan perubahan, perlu menerapkan dan memanfaatkan teknologi terbaru,” kata Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin Doddy Rahadi  dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (12/02/2021). 

Pemanfaatan inovasi dan teknologi untuk meningkatkan daya saing juga didorong Kemenperin pada industri tekstil dan produk tekstil (TPT). 

Baca juga: Realisasi Naik, Kemenperin Serap Anggaran Rp 1,98 Triliun Tahun 2020

Menghadapi pandemi Covid-19, industri TPT melakukan pengembangan material tekstil dengan fungsi khusus untuk medis. 

Hal ini dilakukan lantaran permintaan konsumen ketika pandemi terhadap produk tekstil yang memiliki fungsi anti bakteri dan anti virus terus meningkat. 

Terkait hal ini, Doddy memaparkan, salah satu satuan kerja Kemenperin di bidang standardisasi dan jasa industri, yakni Balai Besar Tekstil (BBT) Bandung, mengembangkan fasilitas laboratorium melt spinning. 

Fasilitas tersebut bisa dimanfaatkan oleh industri TPT nasional yang tengah melakukan pengembangan bahan baku benang dengan fungsi khusus, termasuk untuk keperluan medis. 

Baca juga: Sambut Investor Relokasi, Kemenperin Serius Percantik Kawasan Industri

“Pengembangan material akan berdampak pada peningkatan daya saing industri tekstil dan produk tekstil nasional,” tuturnya.

Ia menambahkan, teknologi melt spinning mampu mendesain benang dengan fungsi khusus yang langsung ditanamkan pada seratnya. 

Dengan adanya proses rekayasa serat menggunakan teknologi melt spinning, dapat dihasilkan produk tekstil fungsional yang memiliki tingkat durabilitas lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penyempurnaan tekstil secara kimia.

“Kami menyiapkan melt spinning untuk mendukung industri. Kami mempersilakan industri memanfaatkan teknologi dan peralatan ini. Salah satu keunggulannya adalah bisa mencari bahan terbaik seperti yang diinginkan,” ujarnya. 

Baca juga: Unit Pendidikan Kemenperin Dorong Pengembangan inovasi GeNose C19

Penerapan teknologi melt spinning juga bertujuan untuk mendukung substitusi impor bahan baku tekstil dan produk tekstil fungsional.

Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Elis Masitoh memberikan apresiasi terhadap percepatan pengadaan alat melt spinning untuk pengembangan teknologi industri. 

“Besar harapan kami kepada BBT Bandung untuk menjadi jembatan inovasi bagi industri tekstil dan produk tekstil dalam mengembangkan produknya,” Imbuhnya.

Kepala BBT Bandung Wibowo Dwi Hartoto menyampaikan, balai besar tersebut juga siap berkontribusi dalam melakukan kajian standardisasi produk-produk tekstil fungsional serta melayani industri dalam pengujian mutu produk yang dihasilkan. 

Baca juga: Dukung Industri Elektronika, Kemenperin Apresiasi Polri Usung Teknologi 4.0

Terkait layanan uji di segmen produk tekstil medis, BBT Bandung bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendirikan fasilitas laboratorium pengujian masker medis.

Pengujian yang dapat dilakukan di laboratorium tersebut antara lain uji bacteria filtration efficiency (BFE), particle filtration efficiency (PFE), breathing resistance, synthetic blood penetration test atau splash resistance, differential pressure, dan uji flammability. 

“Fasilitas ini disiapkan dalam rangka menjawab tantangan untuk menciptakan produk tekstil yang berkualitas dan memadai, seperti pada saat pandemi seperti ini,” sebutnya. (tri)
 

Berita Terkait

News Update