ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
PANDEMI Covid-19 menimbulkan beragam dampak bagi kehidupan masyarakat, khususnya di sektor sosial ekonomi. Yang paling merasakan adalah mereka yang berusaha di sektor informal, pekerja serabutan, usaha kecil menengah.
Karenanya program yang digulirkan untuk mengatasi pandemi, bukan sebatas menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat, juga dampak buruk yang ikut menyertainya.
Tak hentinya pemerintah senantiasa menekankan pentingnya menyelesaikan masalah kesehatan seperti mencegah penularan virus corona, tidak serta merta mengabaikan pemulihan ekonomi.
Baca juga: Mengapa Masih Melanggar Prokes
Keduanya wajib dijalankan selaras, serasi dan saling menunjang satu sama lain. Tentu, pelaksanaannya dengan menyesuaikan kebutuhan, kondisi dan situasi lingkungan setempat. Lebih klop jika kita istilahkan seiring sejalan dalam menyelesaikan masalah kesehatan dan ekonomi.
Menyelamatkan nyawa manusia dari paparan virus corona memang lebih penting, tetapi meningkatkan daya tahan manusia, memberi asupan gizi sehat kepada masyarakat untuk meningkatkan imunitas tubuh dari serangan virus, juga tak kalah penting.
Karenanya, penerapan protokol kesehatan (prokes) tak harus mengabaikan kebutuhan hidup manusia, makan dan minum. Persediaan sembako harus mencukupi, barang mudah didapat, dan harga terjangkau sehingga rakyat mampu membeli kebutuhan tersebut.
Baca juga: Meski Sudah Divaksin Tak Lantas Abaikan Prokes
Jika masyarakat sulit mendapatkan sembako karena barang langka, lebih-lebih harga tidak terjangkau, tentu akan mempengaruhi tingkat disiplin masyarakat dalam menjalankan prokes.
Apalagi mereka yang tidak atau kekurangan makan, bukan karena kelangkaan barang, bukan pula karena harga tak terjangkau, tetapi kemampuan yang ada pada dirinya tidak memungkinkan untuk membeli sembako karena tak punya uang akibat terkena PHK, misalnya.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT