PEKERJAAN Gufroni (33), sih jadi imam mesjid. Tapi soal asmara, rupanya imannya kalah sama dia punya “imin”. Beberapa hari lalu dia kepergok mesum di mobil di lapangan depan mesjid. Warga yang menangkap basah segera menikahkan secara paksa dengan mahar Rp 200.000,- Untung tak sampai dicambuk.
Pekerjaan biasanya membatasi perilaku. Misalnya guru, dia sudah punya stempel bisa digugu dan ditiru, karenanya jika berbuat di luar kepatutan akan dipertanyakan publik, “Guru kok tidak bisa dicontoh kelakuannya.” Begitu pula seorang haji, mau berbuat ini itu jadi ingat akan statusnya. Misalkan mau korupsi, hati nurani mengingatkan, “Haji kok korupsi, apa kata dunia!” Bamyak yang sadar, tapi banyak pula yang nekad.
Nah, Gufroni yang tinggal di Tangsilama Aceh Tamiang, punya pekerjaan tambahan sebagai imam mesjid di kampungnya. Dia memang bagus bacaannya, dan punya hafalan banyak surat. Karena irama bacaannya enak, meski baca surat yang panjang pun jemaah senang-senang saja. Sebab ada juga sih, bacaannya tak enak didengar tapi saat jadi imam salat senang sekali baca surat yang panjang.
Sebagai lelaki normal, wajar saja dia punya pacar dalam rangka mengembangkan keturunan. Gebedan dia adalah seorang janda, Mutiah, 28, namanya. Seperti lazimnya orang pacaran, keduanya juga suka jalan bareng pakai mobil. Cuma Gufroni lupa, bahwa dirinya tinggal di Provinsi Aceh, dan kebetulan jadi imam mesjid pula. Dan dia rupanya juga lupa bahwa di rumah sudah ada istri dan 4 anak yang selalu menantinya.
Di luar Provinsi Aceh, jalan bareng bersama wanita bukan muhrimnya, biasa saja. Tapi di provinsi yang menganut Qanun Jinayah, itu menjadi larangan. Jalan bareng saja tak boleh, apa lagi sampai tidur bareng sebelum nikah, cambukan 100 kali siap menanti. Dan karena pengaruh syaiton, Gufroni jadi lupa akan berbagai status yang melekat pada dirinya.
Pada hari nahas itu, dia membawa pacar gelapnya jalan-jalan pakai mobil, lalu parkir di sebuah lapangan depan mesjid. Di sinilah Gufroni lupa sejenak, bahwa dirinya di rumah ada anak istri dan juga menjadi imam mesjid. Faktanya, meski mobil mesin dalam kondisi mati, kok masih bergerak-gerak juga.
Orang yang melihat keanehan itu lalu mendekat. Tahu diawasi orang, oknum imam mesjid itu memindahkan mobilnya lebih jauh dari pengawasan orang. Rupanya, gara-gara janda muda Gufroni jadi kalah imannya karena dorongan si “imin”. Dan....kembali mobil bergerak-gerak di tempat parkiran baru.
Warga semakin yakin bahwa penghuni di dalamnya tengah berbuat tak senonoh. Maka pintu mobil diketuk-ketuk dam keluarlah siapa gerangan di dalam mobil itu. Begitu keluar, lho......kok Gufroni warga tetangga kampung. Untung penduduk setempat masih punya toleransi tinggi. Gufroni – Mutiah tak diserahkan ke Satpol PP, tapi cukup diserahkan ke pemuka agama di kampung tersebut. Keduanya lalu dinikahkan paksa dengan membayar mahar berupa uang tunai Rp 200.000,-
Untung hanya dinikahkan, kalau sampai dicambuk berdua, malu awak! (Tribun.Com/Gunarso TS)