BURUNG Kakatua,hinggap di jendela. Sudah paham dong sama lagu gembira tersebut? Sudah! Nah, ada lagi, ’Nyo, ayo nyok, burung gue pegangin. Entar menclok tuh di wuwungan orang!’. Coba deh kalau berani, nanti gue slepet!’ O, itu lagu gambang kromong ‘Perkutut’ yang didendangkan Benyamin S dan Ida Royani dengan jenaka.
Bicara soal burung memang menarik. Bagi yang suka atau hobi, wah jangan ditanyalah, bagaimana memburu hewan yang bentuknya cantik dan punya suara menarik. Burung Beo, bisa bicara layaknya manusia. Pokoknya itu yang namanya beo, suka mengikuti apa saja yang diomongin orang. Jadi harus hati-hati kalau mau bicara rahasia, jangan dekat Beo. Bahaya.
Ada kisah dalam satu sandiwara, di mana perselingkuhan seorang istri dengan lelaki muda tetangganya terungkap berkat ocehan Beo. Takut diketahui karena ocehan sang burung, maka si Beo akhirnya dibunuh. Begitulah yang tersebut dalam drama ‘Malam Jahanam’ karya Motinggo Boesje.
Baca juga: Senang Banget Bikin Berita Bohong?
Ya, sekadar nasihat, bahwa sesuatu yang jahat bakalan tercium, kebetulan beo menjadi jalan, sebagai benang merah cerita tersebut. Okelah nggak bermaksud mengupas drama tragis tersebut, ayo kembali saja ke burung yang lain, ya?
Kadang memang nggak percaya, kalau harga burung itu ada yang setara dengan harga motor atau mobil. Tapi, buat penghobi, nggak masalah soal harga. Yang penting hepy? Bagi mereka bisa menikmati keindahan, ocehan suara yang merdu.
Burung tertentu dengan suara merdu, indah, lincah, maka akan punya harga yang sangat tinggi. Jadi nggak salah kalau ada orang yang kehilangan burungnya yang sudah jadi akan sedih kayak ditinggal kekasih.
Baca juga: Duka Lara yang Panjang
Lihat saja kasus dari Jawa Barat, seorang pemilik burung menggugat tetangganya, karena burungnya mati. Kata sang pemilik burung, peliharaan kesangannya yang selalu menang kontes itu mati karena kena asap hasil bakaran sampah tetangganya. “Burung saya mati karena keracunan asap!” kata si pemilik yang menggugat sang tetangga Rp60 juta. Waduh! (massoes)