Hari Gini Harga Seperak?

SEORANG ibu mengadu pada sang suami sambil menggerutu. ”Hari gini orang masih membodohi, membohongi orang lain!”

"Ada apa Ibu, pagi-pagi kok sudah marah-marah?” Tanya sang suami dengan hati-hati, takut jangan-jangan si istri lagi marah pada dirinya. Maklum kemarin pulang kantor larut malam, akibat hujan dan macet.

Sang istri bercerita, bahwa dia tertarik tawaran belanja di online barang berupa satu set panci serba guna, dengan harga miring. “Bayangin saja harga lima panci hanya Rp180 ribu,” kata sang istri.

Baca juga: Body Goals dan Dompet Goals

Suamiinya agak lega. “Oh, gitu Bagus dong. Murah itu!”

“Murah? Nggaklah Pak,” kata sang istri sambil menyebutkan,bahwa setelah dicek ternyata harga satu set panci tersebut sebesar Rp1,8 juta. “Kata si istri sambil menyebutkan, bagaimana mungkin harga seratus delapan puluh jadi naik sampai satu juta delapan ratus ribu rupiah.  Eh, mereka bilang nolnya hilang. Apa itu bukan pembohongan?” 

Sang suami maklum atas kemarahan istrinya. Dia juga sering keblejok ketika melihat harga ada barang yang ditawarkan di online dengan harga yang sangat rendah. Begitulah yang dapat kita lihat di layar HP. Bahkan, ada yang nggak masuk akal. Bayangkan saja di zaman now ada harga barang Rp1 (satu rupiah)? Tapi ketika ditanya, barangnya sudah nggak ada!

Baca juga: Februari Cokelat, Bunga dan Banjir

Bolehlah jika itu disebut gaya promo agar menarik konsumen. Sesekali boleh-boleh saja, tapi ya begitu kebangetan. Kan banyak cara untuk main di harga. Misalnya harga dinaikkan lebih dulu. Misalnya harga sepatu Rp100 ribu, sebut saja, sebelumnya berharga Rp200.000. Jadi diskon 50%. Kalau 70 persen dan 90 persen, bisa saja. Tapi jangan lupa, tulis harga sebelumnya dengan lebih tinggi!

Tapi kalau satu rupiah jadi seratus ribu? Ah, kayak transaksi di lapak pedagang sapi saja, yang sampai kini masih bicara seperak untuk satu juta?