JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), Sugeng Wahyudi mengatakan, sebaiknya pemerintah menunda masuknya daging ayam asal Brasil. Di mana dampak dari kekalahan Indonesia terkait sengketa dagang yang dilaporkan Brasil ke Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO).
"Dalam dua tahun belakangan ini peternak mandiri kecil mengalami kerugian. Jika kemudian ayam Brasil itu masuk, maka yang akan rugi industri perunggasan dan juga peternak kecil. Ini pasti," kataya, Sugneg Wahyudi saat dihubungi, Senin (8/2/2021).
Menurut Sugeng, sebaiknya pemerintah mengevaluasi kebijakan akan masuknya daging ayam asal Brasil tersebut.
"Pemerintah harus berusaha sekuat tenaga agar ini (masuknya daging ayam asal Brasil, red) tidak terjadi. Apapun alasannya kebijakan itu harus ditolak. karena sekecil apapun itu secara psikologis tetap berpengaruh," tegasnya.
Baca juga: Pilih Daging Ayam Sesuai Kriteria ASUH
Sugeng juga mengingatkan pemerintah, secara bersamaanya pemerintah harus membenahi industri peternak ayam nasional. "Yang saya maksudkan, menempatkan peternak rayat ini sebagai pelaku uatama di sektor budaya daya ayam," tegasnya.
Sugeng mengatakan, tercatat kurang lebih 7 hari diakhir Januari 2021 harga ayam kembali terkoreksi jauh di bawah harga pokok produksi (HPP) peternak. Catatan asosiasi perunggasan melalui GOPAN dan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (PINSAR) Indonesia penurunan merata di seluruh wilayah terutama pulau Jawa. Harga terendah di wilayah Jawa tercatat menyentuh harga Rp15.000/kg di hampir seluruh wilayah Jawa Tengah.
"Bagai peribahasa 'sudah jatuh tertimpa tangga' kondisi usaha budidaya peternak mandiri yang sebelumnya merugi selama 2 tahun terakhir, semakin berat ketika secara tiba-tiba harga ayam hidup terjun bebas dari level harga Rp19.500-Rp20.000/kg secara bertahap turun selama 7 hari terakhir menjadi Rp15.000/kg," katanya.
Baca juga: Harga Sayuran dan Daging Ayam Bersaing Naik
Anjloknya harga ayam ini mengguncang usaha budidaya yang sebelumnya sudah menanggung beban akibat naiknya harga DOC (Day Old Chick/anak ayam umur 1 hari) sejak 2 bulan lalu.
"Saat ini peternak mandiri harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli DOC yang sudah menyentuh harga Rp7.000/ekor. Kondisi ini jauh diatas harga referensi pemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No 7 Tahun 2020 yang menetapkan harga DOC pada level harga Rp5.000-Rp6.000/ekor. Ditambah lagi naiknya harga pakan pada level Rp7.000 Rp7.500/kg membuat beban produksi peternak mandiri semakin berat," bebernya.
"Catatan kami saat ini dengan tingginya harga DOC dan Pakan, maka HPP peternak mandiri saat ini menyentuh harga sekitar Rp19.300-Rp19.500/kg. Sementara harga jual ayam hidup sejak 7 hari lalu anjlok diharga Rp15.000/kg. Ini sangat berat dan kami tidak ingin hal serupa kerugian selama 2 tahun terakhir terulang di tahun 2021. Jika kondisi ini tidak disikapi untuk dicarikan solusinya, keberadaan usaha budidaya peternak mandiri yang 2 tahun lalu tinggal 20% dari total produksi nasional akan semakin menyusut atau bahkan menghilang," papar Sugeng Wahyudi. (rizal/ys)