Gegara Pandemi, Produksi Dodol Cina atau Kue kranjang Turun Pada imlek tahun ini

Senin 08 Feb 2021, 07:30 WIB
Pikong saat membakar kue kue keranjang bikinannya. (dadan)

Pikong saat membakar kue kue keranjang bikinannya. (dadan)

PURWAKARTA, POSKOTA.CO ID – Ko Pikong (71) dan Ci Giok (69), pasutri keturunan tionghoa ini mengaku sudah 40 tahun memproduksi kue keranjang.

Menjelang imlek 2021 ini,  mengaku produksidodolnya  menurun gegara pandemi covid-19.

"Sekarang mah, sehari cuma 200 kg adonan kue keranjang," jelas Pi Kong, dirumahnya Gg Aster Kel Nagri Kaler Purwakarta, Minggu (08/02/2021). 

Diakuinya, penurunan produksi akibat covid 19 dan melambungnya harga bahan baku kue keranjang. Gula merah dan kertas mika naik. Otomatis kue keranjang dijual agak mahal. "Rp 40 ribu perkilogram dari harga biasa Rp 35 ribu/kg," ungkapnya.

Baca juga: Vihara Tertua di Jakarta Timur, Amurva Bhumi Terapkan Pembatasan Aktivitas Ibadah Pada Hari Raya Imlek 2572

Kue yang terbuat dari bahan baku tepung ketan, gula merah dan daun pandan ini, dikenal sebagai makanan khas Imlek. Sebagian orang menyebut Dodol China."Tak ada filosofi kenapa dodol ramai pada Imlek saja," ujarnya.

Dodol Cina atau Kue Kranjang saat dicetak.(dadan)

Adonan tepung ketan, gula merah dan daun pandan yang sudah diaduk kemudian dimasukkan kedalam keranjang yang terlapisi kertas mika lalu dibakar. "Kue keranjang dibakar selama 14 jam sampai matang dan padat, warnanya kuning tua,"jelas Pikong.

Disebutkan, usaha kue keranjang  yang dilakoni bersama isteri  merupakan usaha warisan yang diturunkan orang tua.

"Ini usaha sudah 40 tahun. Dulunya mamah saya lalu diteruskan oleh saya dan Ci Giok karena anak anak mamah yang lainnya tidak mau," kata Pikong.

Baca juga: Pendapatan Penjual Kue Imlek Hancur, Pelanggan Kabur

Berita Terkait
News Update