Meski Nol Kasus Covid-19, Warga Baduy Tetap Terdampak Pandemi

Minggu 07 Feb 2021, 13:40 WIB
Warga Baduy tengah menenun kain tenun. (yusuf/kontributor)

Warga Baduy tengah menenun kain tenun. (yusuf/kontributor)

LEBAK, POSKOTA.CO.ID - Suku Adat Baduy, yang berada di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak diketahui menjadi kelompok masyarakat yang hingga saat ini masih terbebas dari paparan virus corona atau Covid-19.

Hal tersebut terbukti, semenjak Covid-19 ditemukan pertama kali pada 2020 lalu di Cina hingga awal 2021 ini tidak tidak ditemukannya kasus terkonfirmasi positif Covid-19 yang dialami oleh warga Baduy. 

Namun, walupun masih 0 kasus hingga saat ini, penyebaran Covid-19 yang telah menjadi pandemi global ini ternyata juga berdampak pada warga Baduy. Gagara Pandemi, ekonomi warga pada kesukuan adat tersebut merosot jauh.

Baca juga: Setahun Pandemi, Baduy Masih Steril Dari Paparan Virus Covid-19

Itu terjadi karena selama pandemi ini suku adat baduy memilih untuk menutup diri dengan memberlakukan lockdown wilayah adat dari kunjungan orang luar. Sehingga, membuat anjloknya jumlah wisatawan yang berkunjung ke wilayah adat tersebut.

Akibatnya, kerajinan tangan yang menjadi sumber lain mata pencaharian sebagian warga Baduy ini tidak bisa terjual kepada pembeli yang biasanya merupakan para wisatawan yang berkunjung ke wilayah adat itu. 

Hal tersebut diakui oleh Astri, warga Baduy yang menjadi pengrajin kain tenun. Katanya, karena pandemi itu wisatawan yang berkunjung ke Baduy menjadi sepi. Sehingga, kerajinan tangan sendiri hanya sedikit yang terjual.

"Iya sekarang jadi sepi, biasanya kalau hari libur itu ramai. Sekarang jadi sepi, karena Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)," kata Astri kepasa Poskota.co.id, Minggu (7/2/2021).

Baca juga: Lindungi Warga dari Paparan Covid-19, Baduy Tegas Tolak Wisatawan Langgar Prokes

Ia mengungkapkan, sebelum adanya pandemi dan pemberlakuan PSBB dirinya biasa menjual kain tenun kepada para wisatawan hingga 10 sampai 20 kain setiap minggunya. Namun, sejak adanya pandemi, jumlah tersebut anjlok drastis, dengan hanya 1 atau 10 kain yang terjual pada satu bulannya.

"Sekarang yang kejual enggak pasti, karena wisatawan juga sepi. Jadi kadang satu minggu cuma satu yang kejual, atau enggak sama sekali," ungkapnya.

Berita Terkait
News Update