IKANG Fawzi pernah menggoyang jagat musik di Tanah air dengan lagunya Preman. Dengan lokasi di Ibukota Jakarta yang dikenal dengan Metropolitan.
Dengan lincah roker keren tersebut meneriakkan kalimat; Pak cik pak pak Preman, preman! Apa yang disampaikan tentang kegelisahan anak muda pada zamannya. Mereka juga ingin hidup tentram dan damai. Tapi keadaan yang membuat mereka harus jadi ‘preman’, karena pekerjaan sulit dan keadan lain yang membuat mereka terjebak dengan kehidupan kota Metropolitan yang hingar bingar.
Namun pada waktu itu, tahun 70-80 an sebagian anak muda mengambil gaya preman hanya sebagai gaya hidup. Mereka bosan dengan kehidupan mewah dalam keluarga dsb. Lalu muncullah gaya Ali Topan. Anak muda keren dan urakan tersebut lebih suka menggelandang di jalanan. Dengan bahasa preman atau prokem sebagai komunikasi, dan berteman dengan siapa saja, miskin kaya, tanpa pandang bulu.
Baca juga: Belajar dari Cerita Legenda
Namun, belakangan tindakan preman sebagian ada yang menjurus kepada kejahatan. Lihat saja, kelompok ini itu bersaing, rebutan lahan dan wilayah yang ada uangnya, disertai dengan tawuran.
Malah geng motor yang nggak jelas juntrungannya. Nggak boleh melihat ada oang muda lain naik motor langsung saja dibabat dengan senjata tajam yang mereka bawa. Kayak perang di zaman dunia persilatan. Tawuran di mana-mana.
Tapi, sudah sedemikian parahkah sepak terjang preman di negeri ini? Buktinya anak-anak setingkat sekolah dasar saja mereka sudah mengerti tentang preman. Bahkan, kayaknya mereka gregetan, marah dan muak.
Baca juga: Kurangi Nongkrong Bareng
Oleh sebab itu mereka tak mau lagi adanya preman di negeri tercinta ini. Hal ini terbukti ketika seorang siswa SD punya cita-cita jadi TPP. “Tim pemburu preman!” katanya pada Ganjar Pranowo,dan membuat Gubernur Jateng itu terbahak.
Ya, bersyukurlah ketika petugas juga cepat tanggap, melibas para preman nggak peduli siapa mereka, pokoknya nggak pandang bulu. Sikat terus tanpa ampun. Apalagi komandan baru, Kapolri baru diharapakan sepak-terjangnya nggak diragukan lagi. Jangan lupa tindak tegas dan terukur. Bukan begitu Pak Sigit? Siap Komandan.
Pak cik pak pak,preman preman! (massoes)