Ketahanan Pangan Indonesia di Awal 2021 Bermasalah, Karena Ketergantungan Terhadap Impor

Senin 01 Feb 2021, 17:50 WIB
Prima Gandhi. (ist)

Prima Gandhi. (ist)

JAKARTA - Pengamat Ekonomi dan Kebijakan Publik Institut Pertanian Bogor (IPB), Prima Gandhi  mengatakan, ketahanan pangan Indonesia di awal 2021 ini bermasalah karena Indonesia ketergantungan terhadap impor.

Untuk itu, pemerintah saat ini harus melakukan  perhitungan data pangan pokok (beras) menggunakan pendekatan satuan kapita persatuan waktu,  padahal tidak semua penduduk Indonesia mengkonsumsi beras.

Jika menggunakan pendekatan per kapita maka diasumsikan bayi hingga lansia mengkonsumsi beras dengan jumlah yang sama. 

Baca juga: Kemandirian Pangan Berbasis Kearifan Lokal

 "Selain itu, penduduk Indonesia yang tinggal di kota besar sudah banyak makan olahan sereal atau gandum untuk sarapan pagi. Terjadi diversifikasi pola konsumsi yang nyata di masyarakat,” katanya Senin (1/2/2021).

Menurut dia, salah satu faktor pendorong diversifikasi pola konsumsi ini adalah pergeseran pola kesehatan.

Banyak penduduk mengurangi konsumi makanan menimbulkan risko penyakit-penyakit seperti diabetes dan obesitas.

Baca juga: Gubernur Wahidin Halim Ingatkan Pentingnya Perkuat Ketahanan Pangan di Banten

Prima menyebut, dalam perhitungan kapita per satuan dianggap semua orang mengkonsumsi beras. Padahal faktanya tidak seperti itu.

Oleh karenanya selama ini terkait data beras selalu menjadi perdebatan karena dasar perhitungan permintaan dan penawaran menggunakan pendekatan per kapita.

"Selain itu dibutuhkan inventarisasi ulang data bulanan untuk mengetahui kembali sebaran kebutuhan beras regional. Mana daerah berkebutuhan beras tinggi, mana yang rendah,” tambah Prima Gandhi.

Berita Terkait

News Update