MEMBUAT kabar bohong sekarang ini kayaknya sudah biasa. Padahal membuat kabar yang nggak benar bisa saja menyesatkan orang banyak. Tapi mengapa orang masih saja melakukan dengan sengaja, tanpa takut dosa dan bikin was-was masyarakat?
Katakan saja soal Covid-19 yang sedang melanda di mana-mana. Pemerintah dengan segala daya upaya mencoba menanggulangi penyakit yang sangat berbahaya tersebut. Soal vaksin, misalnya, sebagai penangkal bagi orang agar terhindar dari corona. Tapi tetap dengan tidak meninggalkan protokol kesehatan yang sudah jalan sebelumnya. Mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
Namun, baru saja vaksinansi berjalan beberapa saat sudah menyebar berita miring. Bahwa vaksin yang disuntikkan pada warga itu bukannya obat kebal penangkal tubuh dari penyakit. Tapi sebaliknya dalam kurun waktu empat atau enam bulan kemudian akan menjadi penyakit. TIdak jelas orang nekat ini membuat berita tersebut atas analisa dari mana.
Baca juga: Vaksin Tanpa Efek Samping, Gak Percaya? Coba Aja
Namun yang jelas, akibat dari berita bohongnya itu masyarak ketakutan dan bingung. Untung yang berwenang di wilayah Kalimantan tersebut sudah mengamankan pelaku.
Bahkan berita-beria bohong yang sengaja atau nggak sengaja, atau ngggak ngerti, barangkali, banyak beredar setiap hari. Mereka membuat berita di media sosial FB, WA dll. yang mudah dibaca oleh masyarakat luas. Isinya kadang menyerang lembaga atau orang perorang dari tingkat pejabat tiggi sampai orang biasa.
Tidak jelas apa masud dan tujuannya. Ya, hanya saling mengingatkan, bahwa membuat dan menyapaikan, menyiarkan beria bohong itu ada sanksinya. Jadi jangan sembarangan. Tapi, kalau nggak takut sama jeruji besi, ya silakan saja deh.
Baca juga: Alarm Sudah Berbunyi Haruskah Kita Tidur Lagi
Kalau ada peribahasa, ’mulutmu adalah harimaumu’, sekarang ini ‘jari-jari tanganmu adalah macanmu’, jika sembarangan memencet bisa jadi akan memangsamu. (massoes)