SUDAH lebih satu juta jumlah penduduk Indonesia yang terpapar virus corona. Kita tentu tidak berharap, tetapi lonjakan penambahan kasus positif masih akan terjadi lagi, jika disiplin masyarakat menerapkan protokol kesehatan (prokes) masih rendah, ditambah lagi kian meningkatnya mobilitas penduduk tanpa dibarengi prokes.
Artinya selama masih ada mobilitas penduduk, selama terdapat kerumunan, keramaian dan masih banyaknya tempat-tempat nongkrong, potensi penularan akan tetap ada. Penambahan kasus positif akan terjadi.
Data mengungkap, pergerakan masyarakat yang kian meningkat menyusul dilonggarkannya pembatasan, akan disusul dengan meningkatnya angka penularan.
Baca juga: Mau Longgar, Apa Ketat?
Tidak jauh-jauh, di Jakarta naik turunnya penambahan kasus positif berbanding lurus dengan tingkat penerapan PSBB (Pembatasan Sossial Berskala Besar).
Rem darurat ditarik (PSBB ketat diterapkan), penambahan angka positif melambat. Rem darurat dilepas, kasus positif kembali melaju.
Yang menjadi masalah, sampai kapan tarik ulur rem darurat dilakukan. Apakah selama pandemi masih mewabah di negeri kita ini.
Baca juga: Kurangi Nongkrong Bareng
Boleh jadi, PSBB, PPKM atau nama apa pun yang terkait pembatasam mobilitas penduduk, akan tetap dipakai sebagai satu instrumen kebijakan yang bertujuan menekan, mengendalikan penyebaran Covid-19.
Disebut mengendalikan karena PSBB yang sudah diterapkan di negeri kita, tidak bisa menghentikan sama sekali penularan. Angka penularan tetap terjadi.
Kasus positif hingga menembus angka 1 juta orang, bukan berarti karena tanpa adanya kebijakan memutus mata rantai penularan.