SERANG, POSKOTA.CO.ID – Kebutuhan konsumsi daging sapi di Provinsi Banten mencapai 32.000 ton.
Sapi hidup yang dipotong itu semuanya berasal dari impor, sebab beberapa Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Banten diduga tidak menerima pemotongan daging sapi lokal.
Berdasarkan data tersebut, stok daging sapi di Banten tercukupi, namun di sisi lain para pengusaha daging sapi menjerit karena pemerintah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk timbangan sapi hidup sebesar Rp47.000 sampai Rp48.500 atau setara dengan harga karkas Rp 95.000-Rp 98.000 per kilogram tertinggi.
Baca juga: Operasi Pasar Daging yang Dilakukan Bulog di Serang Menuai Kecaman
Sementara itu, harga jual daging sapi di pasaran sesuai dengan Harga HET yang telah disepakati pada saat rapat koordinasi antara Kementerian Perdagangan (Kemenag) bersama Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) beberapa hari yang lalu sebesar Rp130.000/Kg.
Kepala Dinas (Kadis) Pertanian dan Peternakan (Distan) Agus Tauhid mengakui untuk stok sapi di Banten cukup, namun di sisi lain ada kenaikan harga daging.
"Kebijakan penentuan harga ini kan dari pemerintah pusat, oleh karena itu kemarin kami melakukan rapat dengan komisi II untuk membahas permasalahan ini," katanya, Kamis (28/01/2021).
Baca juga: Keputusan Pemerintah Menetapkan HET Daging Dinilai Kurang Tepat
Agus melanjutkan, hampir setiap hari sapi yang dipotong di RPH yang disuplay dari Feedloter itu seluruhnya sapi impor, sementara untuk sapi lokal tidak ada. Namun Agus enggan membuka data terkait importir sapi tersebut.
"Yang dikatakan daging lokal itu, bukan sapi. Tapi daging kerbau yang dipotong di RPH. Kalau kerbau bisa dipotong di RPH," ujarnya.
Kedepannya, tambah Agus, pihaknya akan mencoba meningkatkan kerjasama peternakan di luar Feedloter yang sekarang ada, karena banyak instrumen yang bisa dilakukan.